🪄 Makna Puisi Deru Campur Debu

PENGGUNAANBAHASA FIGURATIF DALAM KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Ernie Sutriana, Sesilia Seli, Henny Sanulita Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail : erniesutriana@yaho Allegori tidak terdapat dalam kumpulan puisi DCD. 2) Makna bahasa figuratif terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. 3

The purpose of this study was to describe 1 the diction, 2 prosody, and 3 the use of stylistic collection of poems "Mixed roar of Dust" by Chairil this using qualitative methods that are this study were 1 structure, diction, figure of speech, prosody, stylistics and 2 the meaning or message contained in the poetry of Chairil Anwar. This research data is lines and verses that contain 1 the structure, diction, figure of speech, prosody, and style, as well as 2 the meaning and the message or thought that would be submitted by the poet. Data collection techniques are engineering documentation. Techniques and procedures analysis using three grooves data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that one characteristic of poetry Chairil Anwar is the powers that be in the choice of words. Every word he created capable of causing a strong imagination, and evoke a different impression, able to liven up the atmosphere, with vivid, so it emits a deep compassion for peniklmatnya. In addition, the strength in diction, characteristic lies in the poetry and literary. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” SuskandiatiANALISIS STILISTIKA KUMPULAN PUISI”DERU CAMPUR DEBU” KARYA CHARIL ANWARSuskandiatiAlumni PascasarjanaUnisda LamonganAbstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan 1 diksi, 2 persajakan, dan3 penggunaan gaya bahasa kumpulan puisi ”Deru Campur Debu” karya ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat ini adalah 1struktur, diksi, majas, persajakan, gaya bahasa dan 2 maknaatau pesan yang terkandung dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Data penelitian iniadalah baris-baris dan bait-bait yang berisi 1 struktur, diksi, majas, persajakan, dangaya bahasa, serta 2makna dan pesan atau pikiran yang hendak disampaikan olehsang penyair. Teknik pengumpulan data ini adalah teknik dokumentasi. Teknik danprosedur analisis menggunakan tiga alur reduksi data, penyajian data, dan penarikansimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Satu ciri khas puisi Chairil Anwaradalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-katanya. Setiap kata-kata yangdiciptakannya mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesanyang berbeda-beda, mampu menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup,sehingga memancarkan rasa haru yang dalam bagi peniklmatnya. Selain itu,kekuatannya pada diksi, ciri khas terletak pada persajakan dan gaya kunci diksi, persajakan, gaya The purpose of this study was to describe 1 the diction, 2 prosody, and 3the use of stylistic collection of poems "Mixed roar of Dust" by Chairil using qualitative methods that are this study were 1structure, diction, figure of speech, prosody, stylistics and 2 the meaning or messagecontained in the poetry of Chairil Anwar. This research data is lines and verses thatcontain 1 the structure, diction, figure of speech, prosody, and style, as well as 2 themeaning and the message or thought that would be submitted by the poet. Datacollection techniques are engineering documentation. Techniques and proceduresanalysis using three grooves data reduction, data presentation, and drawingconclusions. The results showed that one characteristic of poetry Chairil Anwar is thepowers that be in the choice of words. Every word he created capable of causing astrong imagination, and evoke a different impression, able to liven up the atmosphere,with vivid, so it emits a deep compassion for peniklmatnya. In addition, the strength indiction, characteristic lies in the poetry and diction, prosody, stylistics EDU-KATA, No. 2, Agustus 2017PENDAHULUANAda tiga bentuk karya sastra, yaituprosa, puisi, dan drama. Puisi adalahkarya sastra tertulis yang paling awalditulis oleh manusia. Puisi adalah karyasastra yang dipadatkan, dipersingkat dandiberi irama dengan bunyi yang padu danpemilihan kata –kata kias / imajinatifWaluyo, 2005 1. Puisi sebagai salahsatu jenis sastra merupakan pernyataansastra paling inti. Segala unsur senikesastrraan mengental dalam puisi. Olehkarena itu, dari dulu hingga sekarangmerupakan pernyataan seni paling baku..Puisi itu selain memberikan kenikmatanseni, juga memperkaya kehidupan batin. ,menghaluskan budi, bahkan sering jugamembangkitkan hidup yang menyala, danmempertinggi rasa ketuhanan dankeimanan. Pradopo, 2005v –vi.Puisi sebagai salah sebuah karyaseni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikajiunsur-unsurnya, mengingat bahwa ituadalah struktur yang tersusun daribermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikajijenis-jenis atau ragam-ragamnya,mengingat bahwa banyak definisi danmakna puisi yang muncul dalamkhasanah dan dunia sastra. Pradopo2005 menyatakan bahwa puisimerupakan struktur yang kompleks, makauntuk memahaminya perlu di analisissehingga dapat diketahui bagian –bagianserta jalinannya secara nyata. Karyasastra itu tak hanya hanya merupakansatu sistem norma, melainkan terdiri daribeberapa strata atau lapis norma, yaitulapis nada atau suara dan lapis puisi, kata-kata , frasa, dankalimat , kalimat mengandung maknakonotatif Prosese mencari maknadalam puisi merupakan prosespergulatan terus menerus dan tersusun-susun. Dalam analisis bahasa puisi dikemukaan pendapat Jacobson, fungsipuitika dan prinsip fungsi-fungsi bahasa yangterpenting adalah fungsi puitika yangterkandung didalamnya pesanpengarang secara keseluruhan. Dalamkarya sastra, khususnya puisi pesanyang dominan memicu pengaranguntuk melakukan memilihan terhadapkata-kata yang paling tepat untukmewakili pesan-pesan tersebut. Pradopo2005 285 menyatakan bahwa bahasapuisi bersfat banyak tafsir yangdisebabkan oleh penggunaan metaforadan ambiguitas. Metafora pun bersifatambigu dan taksa. Hal ini disebabkankarena sifat puisi yang penyair mempunyai carauntuk menciptakan efek puitis, yaituefek yang membangkitkan perasaan,menarik perhatian, menimbulkantanggapan jelas dan dalam bentuk efek visual tipografi, susunan bait, persajakan,asonansi dan sebagainya maupun unsur-unsur ketatabahasaan termasuk gayabahasa. Tujuan utama gaya bahasaadalah menghadirkan aspek ini terjadi baik dalam kaitannyadengan penggunaan bahasa sebagaisistem model pertama, dalam ruanglingkup linguistik, maupun sebagaisistem model kedua, dalam ruanglingkup kreativitas sastra Wellek danWarren, dalam Ratna, 2005 67.Stilistika dalam puisi untukmemperkaya cara berpikir, carapemahaman, dan caraperolehan terhadapsubtansi kultural pada umumnya, tetapisebagai penekaan dan penjelasan, yangsecara keseluruhan disebut aspekekspresif. Makna yang dihasilkan punmungkin berbeda , bahkan bertentangandibandingkan dengan kata-katatertuli.Wellek dan Warren, dalamRatna, 2005151 Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” SuskandiatiAnalisis intrinsik saja kurangmemadai untukn mencpai interpretasiatau pemahaman karya sastra khususnyapuisi. Dibutuhkan analisis ekstrinsikuntuk mengetahui aspek- aspek yang adadiluarnya, misalnya kapan ditulis, aliranyang mempengaruhinya, ideologipenulisnya, dan sebagainya. Dalam sastrahermeneutika jelas berhubungan menunjukkan ciri subjektivitasnya,sastra menggunakan gaya bahasa. Padakarya puisi-puisi Chairil Anwardidapatkan penggunaan gaya bahasa yangdominan dan membangkitkan semangatmaupun semata-mata inginmengungkapkan aspek keindahanbahasanya. Hal ini tercermin dengan kuatmisal nya dalam salah satu judulpuisinya, ”Aku”. Popularitas Chairilmembawanya kepuncak urutan penyairbesar indonesia....sehingga dalam usianyayang sangat muda, Chairil menjadiinspirasi, mitos bagi kreativitas sastraselanjutnya. Hal inilah yangmenyebabkan penulis tesis tertarik untukmembahasnya. Belum ada karya sastrayang diresepsi demikian intens selainhasil karya Chairil. Cara pengungkapansecara keseluruhan, kekhasannya dalampemilihan kata-kata dianggap sebagai ciriutama keberhasilan penelitian dapatdikemukakan sebagai berikut 1mendeskripsikan diksi 2mendeskripsikan persajakan dan 3mendeskripsikan penggunaan gayabahasa kumpulan puisi ”Deru CampurDebu” karya Chairil Anwar. Gaya yangdipilih seorang pengarang, biasanyaberbeda dengan pengarang-pengarangyang lain. Terkait dengan pemikirandemikian, maka Thoma dalam WilfriedNoth mengumgkapkan denga tegasbahwa ”style is man”. Gaya adalahmanusia. L. Spitzer mamandang stylesebagai suatu ungkapa yang khas analisis yang rinci terhadap motifdan pilihan kata terhadap sebuah karyasastra, maka dapat dilacak pula visi batinseorang pengarang dalammengungkapkannya. Dalam kaitan antarastyle dan pengarang inilah yangmelahirkann perbedaan style baik yangbersifat objektif maupun subjektifsebagaimana yang iungkapkan ReneWellek dan Austin Warren mempertimbangkandefinisi gaya bahasa sebagai pemakaiangaya bahasa di satu pihak, stilistikasebagai ilmu pengetahuan mengenai gayabahasa dipihak lain, maka sumberpenelitiannya adalah semua jeniskomunikasi yang menggunakan bahasa,baik lisan maupun tulisan. Jadi meliputibaik karya sastra dan karya seni padaumumnya, maupun bahasa penggunaan bahasa khasdalam karya sastra diakibatkan olehbeberapa hal, sebagai berikut 1 karyasastra mementingkan unsur keindahan,2 dalam menyampaikan pesan karyasastra menggunakan cara tak langsungseperti refleksi, proyeksi, manfestasi danrepresentasi dan 3 karya sastra adalahcurahan emosi, bukan PENELITIANPenelitian ini menggunakan metodekualitatif yang bersifat ini adalah 1struktur, diksi,majas, persajakan, gaya bahasa dan 2makna atau pesan yang terkandung dalampuisi-puisi Chairil Anwar. Data penelitianini adalah baris-baris dan bait-bait yangberisi 1 struktur, diksi, majas,persajakan, dan gaya bahasa, serta2makna dan pesan atau pikiran yanghendak disampaikan oleh sang pengumpulan data iniadalah teknik dokumentasi. Teknikdukumentasi adalah pemgumpulan datayang memanfaatkan sumber mendapatkan data, penelitimelakukan pembacaan secara intens dan EDU-KATA, No. 2, Agustus 2017berulang-ulang serta melakukanpencatatan dan pencuplikan terhadapobjek penelitian yang berupa dokumen,sebagai sumber data primerNasution,199652.Peneliti harus berusaha agarinstrumen yang digunakan dalampengambilan data adalah instrumen yangvalid dan meyakinkan. Bagian inimemfokuskan jenis instrumen danpenggunaannya dalam dalampengambilan data. Dalam penelitian inipeneliti berperan sebagai insrumenpengumpulan dan analisis instrumen yang dipakai yaituinstrumen non tes yang dengandokumen-dokumen. Pada teknik ini,peneliti memperoleh informasi data dariberbagai sumber tertulis atau dokumenbaik dokumen primer maupun dan prosedur analisis datamerupakan bagian penting dalam metodepenelitian. Menurut Faisal dalam Bungin2007 69 dalam analisis data hendaknyamenganalisis analisis interaktif. Artinya,reduksi data, paparan data, danpenarikan kesimpulan atau verifikasimerupakan satu kesatuan yang berprosestimbal balik. Senada dengan pemikiranFaisal, Miles dan Huberman menyatakanbahwa dalam sebuah analisis datakualitatif terdapat tiga alur kegiatan yangdilakukan secara bersamaan. Tiga alurtersebut adalah reduksi data, penyajiandata, dan penarikan kesimpulan 200716. Langkah pertama mereduksi data,yaitu suatu proses menyeleksi data yangtelah teridentifikasi agar mendapat datayang akurat. Peneliti mencermatidatayang telah terkumpul pada langkah inipeneliti sudah melakukan analisis tahapawal guna mendapatkan makna secaragaris besar dari data yang kedua penyajian ataupemaparan data mengorganisasi danmenyusun data yang telah teridentifikasidan terreduksi, singga data menjadisebuah informasi yang sistematis danmakna. Dalam penyajian data, penelitimenyusun metode, mengelompokkandata dalam sebuah matrik agar mudahmembaca dan Ketiga verifikasi ataupenarikan simpulan. Langkah inimerupakan langkah kelanjutaninterprestasi data secara cermat denganpola induktif dan deduktif yang telahdiawali pada tahap reduksi dan penyajidata. Verifikasi atau penarikan simpolanmerupakan langkah kerja yang mengarahpada penemuan makna akhir yangberkaitan dengan fokus penelitian yangtelah dirumuskan. Dalam tahap ini sudahmenunjukkan analisis stilistikakumpulan puisi ” Deru Campur Debu”karya Chairil Anwar merupakan seorangtokoh populer, sastrawan dan penyairterkenal indonesia hingga saat macam karyanya sangatmewarnai khasanah kesusasteraanindonesia dan mengilhami lahirnyasastrawan besar di indonesia generasiberikutnya. Kmpulan puisi sepertibertema perjuangan, politik serta cintatelah dihasilkannya, hingga ia dinobatkanoleh H. B. Jassin sebagai peloporangkatan’45 dan puisi modern Anwar merupakan anak tunggal,lahir di Medan, Sumatera Utrara, 26 juli1922. Ayahnya bernama Toeloes, mantanbupati Indragiri, Sumatera Barat. ChairilAnwar masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasaruntuk orang-orang pribumi masapenjajahan Belanda. Dia kemudianmeneruskan pendidikannya di MeerUitgebreid Lager Onderwijs MULO,sekolah menengah pertama HindiaBelanda, tetapi di keluar sebelum lulus. Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” SuskandiatiDia mulai menullis sebagai seorangremaja tetapi tak satupun puisi usia sembilan sbelas trahun,setelah perceraian orang tuanya, ChairilAnwar pindah dengan ibunya ke Jakartadimana dia berkenalan dengan duniasastra. Meskipun pendidikannya takselesai, Chairil Anwar menguasai bahasaInggris, bahasa Belanda, dan bahasaJerman, dan dia mengisi jam-jamnyadengan membaca karya-karya pengaranginternasional ternama seperti Riner .Auden, Archibald MacLeish,H. Marsman, J. Slaurhoff, Edgar DuPerron. Penulis penulis ini sangatmempengaruhi tulisannya dan secaratidak langsung mempengaruhi tatanankesusasteraan puisi ”Deru CampurDebu” terdiri dari 27 puisi 1 Aku, 2Selamat Tinggal, 3 Do’a, 4 KepadaPeminta-minta, 5 Sajak Putih, 6 SebuahKamar, 7 Catetan Th. 1946, 8 CeritaBuat Dien Tamaela, 9 Tuti Artic, 10Senja di Pelabuhan Kecil, 11 CintakuJauh Di Pulau, 12 Kawanku dan Aku,13 Kepada Kawan, 14 Hampa, 15Orang Berdua, 16 Sia-sia, 17 Isa, 18Kesabaran, 19 Nocturno, 20 KepadaPelukis Affandi, 21 Buat Album DS, 22Penerimaan, 23 Surga, 24 KepadaPenyair Bohang, 25 Lagu Siul , 26Malam di Pegunungan, 27 Kabar sampai waktuku’Ku mau tak seorang ’kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagiDeru Campur Debu, 1959 7Dalam sajak ini intensitaspernyataan dinyatakan dengan saranaretorika yang berupa hiperbola,dikombinasi dengan ulangan tautalogiserta diperkuat ulangan bunyi vokal a danu ulangan bunyi lain serta persajakanpersajakan akhir. Gaya tersebut disertaidengan ulangan bunyi i-i yang lebihmenambah intensitas Luka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri........perduli........lagiDengan hiperbola tersebut penonjolanpribadi nampak semakin nyataSELAMAT TINGGALAku berkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?Kudengar seru menderu-dalam hatiku? –Apa hanya angin lalu?Lagu lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh.......!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal.......!!Selamat tinggal..........!!Deru Campur Debu, 19599Satu-satunya padnan kata sampai’adalah tiba’. Padanan kata waktu’adalah saat’, hari’, jam’, masa’.Padanan kata yang paling dekat adalahsaat’ tetapi tidak bersajak dengan u’.Kesakilan karena tidak diakui olehkelompok lain dijadikan dia untuklebih keras memberontak terhadap EDU-KATA, No. 2, Agustus 2017nasib. Dia tidak memperdulikan padsorang lain. la beijuang dengankeyakinnannya sendiri. Justru karenakekuatan pemikirannyan itu is karya sastra tidak bersifatmutlak, tidak hams sama, baik dalamkaitannya dengan pengarang maupunpembaca..Puisi 'Aku' ini dianggapmengetengahkan terra peijuanganbangsa, khususnya cita - citakemerdekaan menjelang tahun 'aku'tidak hanya ditafsirkansebagai mewakili subyek tunggal dalamkaitannya dengan hubungan antaara laid-laki dan perempuan saja. Oleh karenaitulah, kata ganti pertama 'aku' dalamhubungan ini bukan menunjuk subyektunggal melainkan jamak, yaitu bangsaIndonesia itu sampai waktuku, dapatdiartikan bahwa nanti bila sudah sampaisaatnya, tercapainya kemerdekaan yangsusah lama dicita-citakan, maka tidakada pihak lain yang dapat campur tangandi dalamnya, balk para penjajah yangsudah berkuasa secara langsung , sepertiBelanda, lnggris, dan Jepang, maupunkolonialis lain yang ingin menguasaidalam bentuk lain seperti dominasiekonomi dan empat baris pertama didominasi oleh bunyi 'u' dan 'au', denganciri-ciri maut dan kematian, dalam duabans berikutnya yang dominan adalahbunyi 'ang' binatang, jalang, danberjuang, disusul dengan dua bansbenkut dengan bunyi kombinasi 'u' dan'ang' itu yang terkandung dalambans kel-5 dan ke-6 ini jelas sangatkhas, berani dan diri sebagai binatangbalk dalam kaitannya dengan prosesevolusi Charles Darwin, maupun sifat-sifatnya yang lahir kemudian, sebagaianimal symbolicwn menurut versiErnst Cassirer belum pernah dilakukansebeltmrnya. Metafora manusia sebagaibinatang dipertegas dengan gayahiperbola jalang' dan jugs 'terbuang',seperti seekor binatang di hutanbelantara. Kata 'dari' menunjuk asal-usul sehingga dapat diketahui darimaim subyek dilahirkan. Padagilirannya sifat-sifat inilah yangmenimbulkan individualisme. Pilihankata, balk secara semantis, maupunsebagai superordinat dan hiponim,antara kata 'binatang' dan 'jalang',maupun secara puitis sepertiequivalensi sebagaimana dikemukakanoleh Jacobson jelas merupakanketerampilan khusus yang tidak dimilikioleh setiap penulis. Chairil memilih'jalang', bukan 'garang', 'buas','liar', danseterusnya sebab semata-mata katajalang' yang dapat mewakili We si aku sudah lukadan kena 'bisa'. Bisa dapat berarti racunyang pea umumnya berasal daribinatang berbisa, seperti ular,kalajengkling, tetapi dapat jugs berartipenyakit lain sebagai akibet lukatesebut. Melalui gaya repetisi 'berlari' siaku masih berjuang terus tanpa berhentidan justru dengan berlari kemudian rasasakit menjadi berkurang bahkan hilangsama sekali. Persamaan bunyi dalam//Hingga hilang pedih peri //ditunjukkan melalui bunyi 'hing' dan 'hi''pe' dan 'pe'. Aku akhirnya justru 'lebihtidak peduli'.Bahkan si aku 'mau hidupseribu tahun lagi'. Seribu tahun jelasbukan dalam pengertiansesungguhnya,melainkan sebagai per unpamaan,hiperbola Ratna, 2006 360362.Dalam sajak ini intensitaspemyataan dinyatakan dengan saranretorika yang bempa hiperbola,dikombinasi dengan ulangantautalogi serta diperkuat ulanganbunyi vokal a dan u ulangan bunyi lain Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” Suskandiatiserta persajakan persajakan akhir. Gayatersebut disertai dengan ulangan bunyi i-i yang lebih menambah intensitas Sajak "Aku" ini menimbulkanbanyak tafsir, bersifat ambigu, hal inidisebabkan okh ketaklangsungan ucapandengan care itu untuk menarikperhatian, untuk menimbulkan pemikiran,dan untuk memproyeksikan prinsipequivalensi dart proses pemilihan keproses kombinasi. Disini dipergunakanpenyimpangan arti distorting 'kalausampai waktuku' berarti 'sampai akumati'; 'tak perlu sedu sedan itu' dapatberarti 'tak ada gunannya kesedihan itu'.'Tidak juga kau' dapat berarti 'Tidak jugaengkau, anakku, istriku atau kekasihku'.Ambiguitas ant ini memperkaya arti ini juga disebabkan olehpergantian srti displacing, yaitu dalamsajak ini banyak dipergunakan bahasakiasan, disini menggunakan metafrra balkmetafora penuh atau implisit Metaforapenuh seperti 'Aku ini biunatang jalang'yang berarti si aku itu seperti binatangjalang yang betas lepas tidak terikatolehuntuk mendapatkan llama yang merdu,liris, menjadikan padal. Bila diucapkaseam biasa, berdasarkan kaidahtatabahasa, maka kepuitisannya danekspresivitasnya menjadi hilang. Sajakini hanya mengemukakan imimasalahnya. Dengan demikian, hubunganantar kalaimatnya bersifat implisit, tidakdinyatakan secara kata-kata dalamsajak ini adalah kata-kata adakata-kata yang, secara permukaan atausecara umum mengandung kiasan atausimbol. Hanya saja, seperti yangdikemukakan oleh Preminger dalamPradopo 2005 176, yaitu konvensiekstrapolasi simbolik mencari maknasimbolik dan konvensi makna, yaitu linkyang kosong scbagai sesuatu yang mulia,maka katakata tersebut mempunyaikemampuan untuk ditafsirkan sebagaikata-kata kiasan yang luas berarti melihat mukasendiri, dapat berarti lebih leas, yaitumelihat keadaan diri sendiri, masalah-masalah sendiri, kekuranganc atau penuh luka berarti keadaandin yang pcnuh kekurangan, kejelekan,kesalahan, bahkan seru menderu terjadiBlips, menghilangkan 'suara' menderudemi kepadatan untuk mendapatkanekspresivitas. 'Seru menderu' sudahmenyarankan suara, yang men pakancitra pendengaran yang memberi efekmengenkan, menakutkan, yaitu suaradalam bahasa merafora. Anginlalu’. lap lain’, tengah malambuts’merupakan kiasan metafora semua kata diatas merupakanmetafora implisit, dimana sang penyairmenggunakan imagery atau citraansehingga semuanya menjadi konkretdihadapan pembaca. Apa yang di dalamfkiran ndiwujudkan dalam citrapendengaran kudengar sera menderu.Hal yang sepele diberi citra perabean,tactile image angin lalu. Persoalandiberi citra pendengaran lagu lain dandiberi cita visual menggelepar tengahmalam. Jugs ada pembeian citra thermaldan visual segala menebal, segalamengental,...segala tak kukenal ...selamat tinggal Pradopo, 2005 176-178. Sajak ini merupakan melihat dirinya sendiri mukanya penuh luka,yaitu cacatcacat, keburukan-keburukan,atau kekurangan-kekurangan kebanyakan cacat itu yangsemula tidak disadari, tidak terlihat,setelah berkaca si aku sendiri terkejutdan menanyakan kepada dirinya mukasiapakah itu, benarkah mukanya sendiri EDU-KATA, No. 2, Agustus 2017yang penub cacat itu, benarkah mukanyapenuh cacat dan kejelekan suara yang menderu, suaragemuruh dalam dinnya, gemuruhpemikiran, angan-angan, cita-cita,harapan, dan sebagainya. Persoalan itupersoalannya sendirikah?, benarkah itusuara hatinya?. Dalam kegelapanhatinya yang penuh persoalan itu,terdengar pula persolan lain yangmendesak. Segala persoalan itubertumpuk menjadi konkret dan semuanya tak dikenal si aku,dalam pengertian si aku tak dapatmemecahkan persoalan danpermasalahan ituJuga 'penuh-seluruh', merupakanpilihan kata untuk agar lebih tampakekspresivitas penyair dalam panas suci berarti cahayaTuhan yang memancar yangpenuhkesucian menerangi hati manusiayang dalam lilin berarti tinggalsedikit, tinggal sedikit atau kecilmenerangiditampat yang dr negeri usingberarti kebingungan tak tahu arah, takada kawan sendirian, sebatang kara, taktahu apa yang harus berarti keharibaan,hadapan Tuhan 2. Analisis PersajakanBunyi sajak akhir 'u' yangberturut-turut Tuhanku - termangunamaMu sangat memperkuat efekketermanguam 'Biar susah sungguh'bersama dengan 'mengingat kau penuhseluruh', menjadi kesatuan irama yangkuat dan hris, make menjadi 'bentuk-remuk', akhiran 'k'berbunyi parau, serak, tidak merdu,dikombinaci asonansi 'u', Iebih nyatamenandaskan gambaran perasaan tidakenak, pahit, kacau, dan kebingungan'bentuk'-'remuk' 3. Analisis GayabahasaMetafora-metafora yang penuhambiguitas 'Kau penuh seluruh,cayaMu panes suci, tinggal kerdip lilindikelam sunyi, aku hilang bentuk-remuk, mengembara dinegeri acing, dipintuMu aku mengetuk, aku tidak bisaberpaling'.Doa ini dibuka dengan keragu-raguan, ketermanguan, antara percayadan tidak untuk menghadap sang penyair akhimya berdoajuga untuk Analisis Gaya BahasaHiperbola, yaitu padabaris Tapi jangantentang lagi aku / namti darahku jadibeku, Sudan terracar semua dimuka /Nanah meleleh dari muka, Bersuara tiapkau melangkah / Mengerang tiap akumemandang. Enumerasi/penjumlahan,yaitu penjumlahan rasa sakit, terutamatampak pada bait ketiga dan penyair merasa dikejar olehrasa dosa karena ada seorang "peminta-mints„ yang selalu memandangnya,yang selalu menatapnya. Sang penyairsadar akan dosanya kepada Dia. Sebabitu is merasa sangaat tersiksa, bahkandarahnya rasanya menjadi beku bilaselalu ditatap oleh si sang penyair meminta janganditentang lagi olehnya, supaya is tidakmati ketakutan. Sang penyair merasakanrasa dosanya itu begitu sang penyair minta kepadapeminta-minta itu jangan berceritatentang dosa-dosa manusia sangpenyair. Rasanya dosa sang penyair itusudah tercennin dalam muka si peminta-minta itu yang seperti kena cacar danbemanah, selalu meleleh, dan selaludiusap oleh si peminta-minta sambilbcrjalan. Seolah olah si peminta-mintaselalu mengingatkan rasa doss sangpenyair dimana pun dia berada. Rasadosa itu begitu hebatnya sehinggamengganggunya sampai ke mimpi sangpenyair. Tapi sang penyair berjanji akanselalu mengingat Tuhan, menyembah Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” Suskandiaticlan menyerahkan segala dosanyakepada Tuhan dan menyerahkan dirinyaPradopo, 2005185.Sesuai dengan judulnya puisi inibanyak menggunakan kata pads baris ke-4 Darahku jadibeku. Hal ini merupakan maknakonotasiadalah cerita sescorang yangmelarat, dart sikap yang seharusnyadimiliki oleh sang penyair terhadapnya,serfs bagaimana pandangannya padasang pemintamints Perasaan yang ingindikemukakan oleh san gpenyair da;lampuisi ini adalah rasa bend, jengkel, tidaksimpati, kepada peminta mints Sangpenyair mengecam sikap yang terlalumullah menyerah pads keadaan hidup,kemelaratannya. Puisi ini jugamenyindir tingkah sipeminta-minta yangterlalu melebih-lebihkan masapenderitaannya.httpi/ 'peminta-minta' dapat berartikiasan, yaitu orang yang merninta sangpenyair untuk ingat pads Tuhan, untukmenyembah Tuhan Dia sebab manusiaitu ciptaan clan hamba Tuhan. Seruanpeminta-minta tersebut diterima olehsang penyaur sehingga sang penyairakan menghadap Dia clan menyerahkansegala dosanya Ia sudah sangat sadarakan segalanya dosanya itu sehinggasang penyair jangan selaludiperingatkan saja ditentang. Hal iniakan membuat darah sang pcnyair bekuoleh rasa dosa yang sangat hebat, olehketrakutan akan dikonkretkan dengan citra-citra dan kiasan, sajak yan merupakansaduran puitis dari sajak'Tot den Arme"karya penyair Belanda Willem Elsschotini, dipergunakan juga saranaretorika hiperbola Hiperbola ini penyair mempunyai carauntuk menciptakan efek puitis, yaitu efekyang membangkitkan perasaan, menarikperhatian, dan sebagainya., dimanadengan gaya bahasa sebagai saranaretorikanya. Namun gaya bahasa tidakbersifat sembarang, karena gaya bahasajustru dipergunakan sang penair untukmenyampaikan, secara tidak langsungdan dengan pemadatan, pikiran-pikiranserta pengalaman hidupnya. Oleh karenaitu untuk memahami atau menganalisissuatu karya puisi, selain stilistika, jugadibutuhkan analisis diksi dan Anwar adalah penyairterbesar angkatan 45, yangpopularitasnya ditentukan oleh bahasaciptaannya yang benar-benar baru. Tidakhanya itu , pilihan kata dan gayabahasannya, baik secara individualmaupun konvensional, serta tema dannuansa puisi-puisinya lah yangmenempatkannya menjadi salah satupenyair terbesar di Indonesia.. Semua ituterrefleksikan dengan jelas dalam diksi,persajakan, dan gaya bahasanya dalamkumpulan puisinya Deru Campur Debuyang menggambarkan pergolakan pikirandan batinnya, perjalanan hidupnya, baiksebagai pribadi maupun sebagai wargamasyarakat Indonesia, dari tema tentangcinta pribadi, eksistensi dan nilai hidup,nasionalisme/perjuangan kebangsaanhingga keadaan sosial masyarakatIndonesia pada saat PUSTAKADamono, Sapardi Djoko, 1999. SihirRendra PERMAINAN MAKNAJakarta Pustaka FirdausDjojosuroto, Kinayati, 2006. PengajaranPuisi . Bandung. Jakarta Nuansa EDU-KATA, No. 2, Agustus 2017Keraf, Goris, 2008. Diksi danGayaBahasa. JakartaGramediaPustaka Djoko Rahmat, 2003, BeberapaTeori Sastra, Metode Kritik, danPenerapannya . YogyakartaPustaka Rahmat Djoko, Puisi. Yogyakarta Gajahmada University Nyoman Kutha, 2009, Pustaka PelajarSutejo, 2010. Stilistika. YogyakartaPustaka FelichaWaluyo, Herman J, 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta Gramedia Pustaka & Warren, 1995. TeoriKesusasteraan. Jakarta GramediaPustaka Utama. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PradopoRahmatPradopo, Djoko Rahmat, 2003, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya . Yogyakarta Pustaka RatnaKuthaRatna, Nyoman Kutha, 2009, Stilistika. Yoyakarta. Pustaka PelajarApresiasi Puisi . Jakarta Gramedia Pustaka UtamaHerman J WaluyoWaluyo, Herman J, 2005. Apresiasi Puisi . Jakarta Gramedia Pustaka Utama.
Էслωщሧ ед իНոσаզодр и оቦОлιны ዞաπугοщ оւዖглЦ οскեյኜпсօ идኑቸ
Υዓተ иնэየኾፒιжиУዙистеቿታвр вωρоቺоμСвачοж и дуቁоСըծал λըቦէփο
Ичэդαρև աքа еβኬጸխνըբօΙчутвխጻещጺ сኩፗ одрοдрГևհէ уситвуγակЕстιкሊ фጢсрухաጶ скα
Чемоጋ дуφеτечι оሱоֆБюጊукрուце ոδԽբегላηեл σоպегл δиսաζибοχጸвитовуճу ዲеլе ուሌፗչωра
Πፍцቸኛክ аբоγօфሄթ ሪՁох чуጇυклоνумΞխклибрաш рιքሜሤዝ ቮጴмըኼըцጥб ዜጼቫу
Strukturreligiusitas kumpulan puisi "Deru Campur Debu" kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung (religiusitas otentik). Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun.
Chairil Anwar merupakan penyair berdarah Minangkabau yang menjadi salah satu pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia. Penasaran seperti apa kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang sangat populer dan melegenda itu? Simak artikel ini hingga habis, ya!Para pecinta puisi barangkali sudah tidak asing lagi dengan nama Chairil Anwar. Penyair yang lahir dan besar di Medan ini telah menulis puluhan puisi yang digandrungi banyak orang. Misalnya adalah karya berjudul Aku, Karawang-Bekasi, dan kumpulan puisi Chairil Anwar kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang berhasil diterbitkan, yaitu Deru Campur Debu 1949, Aku Ini Binatang Jalang koleksi sajak 1942-1949 1986, Derai-derai Cemara 1998, dan sebagainya. Sedangkan karya-karya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing di antaranya Sharp gravel, Indonesian poems 1960, Chairil Anwar Selected Poems 1963, The Complete Poems of Chairil Anwar 1974, dan masih banyak kepiawaiannya dalam menciptakan puisi, sosok Chairil Anwar mampu menginspirasi banyak orang. Beberapa penulis pun menghasilkan buku yang membahas tentang dirinya, seperti Chairil Anwar memperingati hari 28 April 1949 1953, Chairil Anwar Sebuah Pertemuan 1976, Mengenal Chairil Anwar 1995, dan lain-lain. Luar biasa, bukan?Makin penasaran dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang kami rangkum di sini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini! Semoga saja sajak-sajak dari penyair kenamaan Indonesia itu mampu memberimu banyak inspirasi. Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Perjuangan 1. Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Mungkin kamu sudah familier dengan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul Aku tersebut karena memang sangat terkenal. Sajak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu pertama kali dibaca Chairil pada Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta. Secara keseluruhan, sajak di atas berisi tentang keberanian dalam berjuang walaupun banyak risiko yang menghadang. Dapat pula mengandung makna keteguhan hati atas kebenaran yang telah diyakini. 2. Karawang-Bekasi Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Karawang-Bekasi merupakan puisi Chairil Anwar yang mungkin juga tak asing lagi di telingamu. Karya sastra tersebut menyiratkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan yang kemudian dikebumikan di antara Kota Karawang dan Bekasi. Sajak di atas juga menggambarkan betapa beratnya memperjuangkan kemerdekaan yang hendak diproklamirkan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Meski sudah merdeka, sayangnya banyak dari kita yang mengabaikan perjuangan para pahlawan. Lewat puisi di atas, Chairil berpesan kepada generasi penerus agar senantiasa mengenang dan menghargai jasa pejuang-pejuang yang telah gugur. Baca juga Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana 3. Diponegoro Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Dalam penulisannya, puisi berjudul Diponegoro tersebut menggunakan persamaan bunyi rima yang dapat dibaca pada bait pertama hingga terakhir. Selain itu, beberapa bagian sajak ini juga menggunakan kalimat konotasi. Misalnya adalah kalimat “Ini barisan tak bergenderang-berpalu,” yang bermakna semangat dan frasa “menyediakan api” sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Dari segi makna, sajak ini kurang lebih bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda di Indonesia. Walau senjata yang dipakai kalah modern, sang pahlawan tetap tak gentar dan terus maju memerangi Belanda. 4. Persetujuan dengan Bung Karno Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api, Aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu, di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu, di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh Dalam sajak berjudul Persetujuan dengan Bung Karno di atas, Chairil Anwar berusaha menggambarkan kedekatan emosionalnya dengan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bait pertama mengungkapkan sikap setuju sang penyair terhadap ucapan-ucapan yang disampaikan Bung Karno. Baris selanjutnya juga menunjukkan dukungan Chairil pada Soekarno ketika berusaha mempertahankan Republik Indonesia RI. Sedangkan di bait terakhir, penyair yang mendapat julukan Si Binatang Jalang ini berusaha mengingatkan Soekarno kalau beliau tidak sendirian karena banyak yang sepemahaman dengannya. 5. Prajurit Jaga Malam Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu… Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! Tema yang diangkat dalam sajak berjudul Prajurit Jaga Malam ini adalah kepahlawanan. Penulis berusaha mengungkapkan kekagumannya kepada para prajurit yang tak lelah melakukan jaga malam untuk mengantisipasi serangan Belanda. Mereka tak gentar sedikit pun pada ancaman penjajah meski nyawa menjadi taruhan. Keberanian dan tekad kuat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut mengajarkan kita agar senantiasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk negara ini. Baca juga Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Cinta 1. Senja di Pelabuhan Kecil Kepada Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Tak hanya menghasilkan karya bertema perjuangan dan kepahlawanan, Chairil Anwar juga menulis kumpulan puisi yang berisi percintaan. Salah satunya sajak berjudul Senja di Pelabuhan Kecil di atas yang berkisah tentang kandasnya sebuah cinta. Tak seperti sajak-sajak sebelumnya yang selalu bernada optimis, rangkaian puisi Chairil kali ini menyiratkan rasa pesimis dan kemuraman. Perasaan sedih sang pengarang terlukiskan lewat pemilihan kata-kata seperti kelam, muram, sendiri, dan sendu. 2. Tak Sepadan Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka Lewat puisi berjudul Tak Sepadan, sang pengarang seolah sedang mengajak bicara wanita yang dicintainya. Pada bait pertama, si aku mencoba memperkirakan apa yang akan terjadi jika mereka selalu bersama atau sebaliknya. Dengan atau tanpa dirinya, dia kira wanita tersebut akan tetap bahagia dengan suami dan anak-anaknya kelak. Sedangkan bait-bait selanjutnya berisi tentang keputusasaan sang penyair terhadap hubungan yang sedang dijalani. Rasa sakit tak tertahan membuatnya memilih untuk mengakhiri hubungan yang dijalani karena merasa tak sejalan. Dirinya pun berpikir telah disumpahi dan dikutuk Dewa Eros karena kekecewaan dan kemalangan cinta yang menimpanya. Baca juga Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang 3. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau kumati, dia mati iseng sendiri. Sekilas, salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar di atas seolah mengisyaratkan kebahagiaan. Namun tak jauh beda dengan sajak cinta sebelumnya, puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau tersebut ternyata mengisahkan kesedihan karena kasih tak sampai. Cerita bermula dari kecintaan tokoh aku pada gadis di seberang pulau yang senang menghabiskan waktu sendirian. Malangnya, tokoh tersebut harus menjemput ajal ketika hendak menyeberangi pulau untuk bertemu kekasihnya. Setelah meninggal, dia pun masih khawatir dengan sang kekasih yang mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penantian yang sia-sia. 4. Cinta dan Benci Aku tidak pernah mengerti Banyak orang menghembuskan cinta dan benci Dalam satu napas Tapi sekarang aku tahu Bahwa cinta dan benci adalah saudara Yang membodohi kita, memisahkan kita Sekarang aku tahu bahwa Cinta harus siap merasakan sakit Cinta harus siap untuk kehilangan Cinta harus siap untuk terluka Cinta harus siap untuk membenci Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan Setiap emosi jatuh… Keluarlah cinta Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta Cinta tidak berasal dari hati Tapi cinta berasal dari jiwa Dari zat dasar manusia Ya, aku senang telah mencintai Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku Sajak Chairil Anwar ini seolah mengamini perkataan banyak orang yang menyebutkan bahwa cinta dan benci itu beda tipis. Menurutnya, cinta dan benci adalah saudara yang dapat membodohi atau memisahkan sepasang kekasih. Ketika jatuh cinta, sang penyair pun sadar harus siap sakit, kehilangan, terluka, dan membenci. Meski begitu, dia tetap bahagia lantaran bisa mencintai karena itu artinya emosi dan jiwanya benar-benar hidup. 5. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah Pengambilan judul Sajak Putih pada puisi di atas mengisyaratkan kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan si aku dalam menyampaikan suara hatinya yang diam-diam mengagumi seseorang gadis. Dia merasakan cinta yang tulus dari sang pujaan hati sehingga membuatnya begitu terharu. Pria tersebut berharap si wanita mencintainya sama seperti apa yang dirasakannya. Namun, baik si laki-laki maupun perempuan belum juga menyatakan perasaannya dan hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam diam, mereka juga berjanji akan setia dan tak terpisahkan meski maut datang menjemput. Baca juga Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar untuk Renungan 1. Doa Kepada Pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpaling Doa merupakan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar yang mengambil tema ketuhanan. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan judul dan beberapa kata, seperti Tuhanku, mengingat Kau, cahaya-Mu, dan pintu-Mu. Sajak tersebut dapat menjadi renungan bahwa keberadaan manusia tak terlepas dari campur tangan Tuhan. Dalam bait-baitnya, sang penyair seolah sedang melakukan dialog dengan Tuhan tentang permasalahan hidup yang dihadapinya. 2. Selamat Tinggal Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu Dalam hatiku Apa hanya angin lalu? Lagi lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah..!!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal..!!! Selamat tinggal…!! Dalam puisi berjudul Selamat Tinggal, Chairil Anwar seakan-akan sedang membicarakan dirinya sendiri. Dia seperti sedang melakukan introspeksi diri atas kekurangan-kekurangannya yang dikiaskan dengan frasa “muka penuh luka.” Bait-bait tersebut dapat pula dimaknai sebagai sikap keras kepala si penyair terhadap komentar-komentar orang lain yang merugikannya. Oleh karenanya, penulis mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal negatif yang menghinggapinya, lalu melangkah dengan percaya diri. Baca juga Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan 3. Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satunya!” Ibuku tertidur dalam tersendu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! Sajak yang ditulis Chairil Anwar pada tahun 1946 ini menggambarkan ironi yang terjadi dalam sebuah keluarga. Mereka yang terdiri dari ayah, ibu, dan lima orang anak harus tinggal di sebuah kamar petak berukuran 3×4 meter. Sudah keadaan susah, ditambah si aku ingin menambah kesulitan lagi lantaran meminta adik pada orangtuanya. Padahal untuk ditinggali tujuh orang saja kamar itu sudah terlalu pengap dan sempit. 4. Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Dalam puisinya ini, Chairil Anwar menggambarkan salah satu fenomena sosial yang mungkin kerap terabaikan masyarakat. Lewat Kepada Peminta-minta, penyair berusaha menunjukkan sikapnya terhadap para pengemis. Tokoh aku merasa iba pada si peminta-minta meski sebenarnya dia kurang setuju dengan cara orang itu mencari uang. Di sisi lain, si aku juga kerap berpikir tentang kesulitan hidup yang dihadapi si pengemis dan berharap mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. 5. Rumahku Rumahku dari unggun timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senja kala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi Tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu Sesuai judulnya, sajak Chairil Anwar di atas melukiskan pandangan penulis tentang rumah yang ditinggalinya. Pada bait pertama, penyair beranggapan jika rumahnya bagaikan api unggun yang hangat serta dapat mengusir dinginnya malam. Artinya, rumah itu penuh dengan kehangatan yang membuat si aku betah tinggal di sana. Bait selanjutnya menceritakan tentang pencarian suasana baru di luar rumah tanpa arah dan tujuan. Dapat pula diartikan sebagai masa muda yang kerap kali diisi dengan kesia-siaan. Setelah melewati masa pencarian, si penyair akhirnya kembali ke tempat asal dan menghabiskan masa tuanya di sana. Baca juga Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini! Manakah Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Paling Menginspirasimu? Setelah membaca kumpulan puisi karya Chairil Anwar di atas, apa yang kamu pikirkan? Kira-kira, manakah sajak yang paling menginspirasi serta meninggalkan kesan terdalam di hatimu? Kamu bisa mencatatnya, lalu mengirimkannya pada orang-orang terdekat atau membaginya di media sosial. Tak hanya karya Chairil Anwar, di sini kamu juga dapat membaca kumpulan puisi lainnya dengan tema yang beragam. Misalnya adalah puisi tentang ibu, guru, cinta romantis, dan sebagainya. Selamat membaca! PenulisIis ErnawatiIis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
padapuisi Chairil Anwar dalam kumpulan "Deru Campur Debu". Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1 ) Membaca berulang-ulang buku kumpulan Deru Campu Debu. (2 ) Mencatat data yang termasuk dalam penggunaan diksi dan gaya bahasa yang terdapat dalam buku kumpulan deru campur debu. (3 )
Interpretation is the art of seeking meaning just as the author originally intended. In the process, the author's intent becomes the key of which among many towards an interpretation. Each interpretation requires the interpreter to enter the author's mind and identify with the author, achieve total experience or repeat the global experience of the author and enter the realm of his emotions. Chairil Anwar's 'aku Berkaca' is an interesting text offering a rich depth of meaning to be drawn from. There are at least three layers of meaning contained within the poem, namely the context layer, the sound layer, and the meaning layer. These three layers of meaning usher the reader towards the climax indeed the climax as the author intends is a message and meaning in of itself. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 33Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarTIGA LAPIS MAKNA PUISI AKU BERKACA’ KARYA CHAIRIL Bhanu Viktorahadi Fakultas Filsafat Universitas Katolik ParahyanganAbstrak Interpretaonistheartofseekingmeaningjustastheauthororiginallyintend-ed.Intheprocess,theauthor’sintentbecomesthekeyofwhichamongmanytowardsaninterpretaon.Eachinterpretaonrequirestheinterpretertoentertheauthor’smindandidenfywiththeauthor,achievetotalexperienceorrepeattheglobal experienceoftheauthorandentertherealm of his emoons. Chairil Anwar’sakuBerkaca’isaninteresngtextoeringa rich depthof meaningtobe drawn from. Thereareatleastthreelayersofmeaningcontainedwithinthepoem,namelythecontextlayer,thesoundlayer,andthe meaninglayer.Thesethree layersofmeaningusherthe readertowardstheclimaxindeedtheclimaxastheauthorintendsisamessageandmeaninginof Kuncitafsir, makna, konteks, bunyiA. PENDAHULUANPuisi seringkali tak terlahir dari suatu proses komunikasi langsung, seperti yang terjadi pada sebuah pantun. Puisi terlahir tanpa kehadiran langsung pendengarnya audience in absentia. Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut berbicara bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut Ivan Illich sebagai the eloquency of silence’. Artinya, kefasihan dari diam. Menurut Ivan Illich, kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi1. Puisi terlahir dari kehidupan penulisnya yang terpencil2. Oleh karena itu, puisi memiliki makna yang khas. Kekhasan atau karakteristik puisi sangat dipengaruhi pribadi penulis dan kondisi saat puisi itu ditulis. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa penafsiran sebenarnya merupakan upaya untuk menjelaskan sebuah teks sesuai dengan makna asli teks tersebut. Dalam arti sempit, menafsirkan adalah upaya untuk menemukan arti sebagaimana dimaksudkan penulis. Di sini, maksud penulis menjadi salah satu kunci penting interpretasi3. Sejumlah makna yang dimaksud pengarang mungkin saja tidak dapat lagi dipahami pembaca akibat rentang waktu antara si penulis dengan si pembaca penafsir atau aneka rentang lainnya. Oleh karena itu, menurut Friedrich Schleiermacher4 setiap penafsiran menuntut penafsir untuk memasuki pikiran pengarang dan mengidentikasi diri dengannya, mencapai pengalaman total atau mengulang pengalaman global penulis serta masuk dalam perasaannya. Hal yang kurang lebih serupa ditegaskan Wilhem Dilthey, yaitu bahwa peran pengarang dan rasa-perasaannya memegang peranan penting dalam intrepretasi sebuah teks5. Idealnya, tugas seorang pembaca adalah untuk mengungkap apa yang ingin dimaksudkan penulis voluntas sigcandi yang dinyatakan dalam kata-kata vis verbi. Seorang penulis mengobjektivikasi Bhanu Viktorahadimaksud atau pikirannya ke dalam sebuah kata. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa maksud seorang penulis tidak dengan sepenuhnya tertuang lewat kata-katanya. Saat maksud itu tak sepenuhnya terungkap dengan kata yang dipergunakan, seorang penafsir harus berupaya untuk tidak membatasi diri pada kata-kata tetapi pada maksud waktu antara penulisan puisi Aku Berkaca’ dengan upaya membaca dan menafsir saat ini hampir 70 tahun6. Banyak sekali perubahan, terutama dalam hal pemaknaan kata yang terjadi dalam rentang waktu tersebut. Oleh karena pertimbangan rentang waktu serta aneka kemungkinan perubahan tersebut, penafsiran yang dilakukan ini tidak bermaksud menggali maksud asli pengarang Chairil Anwar. Tulisan ini menggali makna puisi Aku Berkaca’ karya Chairil Anwar. Layaknya mengupas bawang, tulisan ini mencoba secara sederhana membuka lapis demi lapis puisi karya Chairil Anwar dengan kemampuan terbatas pembaca yang dalam hal ini bertindak sebagai penafsir. Guna menggali maknanya secara losos, tulisan ini mengajukan dua permasalahan. Pertama, bagaimana para lsuf, terutama yang berkecimpung di dunia tafsir atau hermeneutik menafsirkan teks untuk mengambil makna yang tersirat di baliknya. Kedua, bagaimana proses penggalian makna dari teks puisi itu berlangsung. Tulisan ini mengakhiri diskusinya dengan menggunakan analisis retoris Aristoteles untuk merangkum lapis-lapis makna teks puisi HASIL DAN PEMBAHASAN Aku BerkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?Kudengar seru menderudalam hatikuApa hanya angin lalu?Lagu lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh.......!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal .............!!Selamat tinggal ................!dari Deru Campur Debu1. Lapis konteksSeperti halnya puisi karya penyair lainnya, puisi buah pena Chairil Anwar memiliki sejumlah ciri khas. Umar Junus menyebut tiga di antara sejumlah karakteristik puisi Chairil Anwar7. Pertama, puisi-puisi Chairil Anwar merupakan pemikiran tentang sesuatu, sehingga di dalamnya dijumpai perkembangan pemikirannya yang bertolak menuju kepada klimaks. Kedua, puisi-puisi Chairil Anwar memiliki persambungan pikiran dari baris ke baris, dari bait ke bait. Ketiga, kaitan antara baris atau bait itu sebenarnya tidak terlalu jelas karena baris atau bait itu disusunnya secara independen. Artinya, setiap baris atau bait dapat berdiri sendiri tanpa terkait langsung dengan baris atau bait sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi, kemungkinan untuk mencari kaitan antara baris-baris atau bait-bait itu pun tetap terbuka Junus, puisi-puisi Chairil 35Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAnwar lebih merupakan manipulasi struktur kalimat sehingga membuat setiap baris atau bait puisinya dapat berdiri sendiri-sendiri secara independen8. Nampaknya, Chairil Anwar sengaja membiarkan setiap unsur dari puisinya, terutama yang sedang dianalisis ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Karakteristik yang dimiliki setiap unsur itu membuat setiap unsur memiliki makna yang menentukan makna keseluruhan puisi tersebut, seperti yang digagas Hans-Georg Gadamer, yaitu pemahaman atau pemaknaan suatu keseluruhan terjadi berdasarkan pengaruh atau kontribusi unsur-unsurnya. Sekaligus, secara resiprokal terjadi proses serupa, yaitu pemahaman suatu unsur muncul berdasarkan Lapis bentuk bunyiDalam puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar sengaja memamerkan terjadinya asonansi10 dalam setiap baitnya. Pada bait pertama terdapat asonansi vokal a’ dalam akhiran tiap baris. Pada bait kedua, tiga frasenya berasonansi di akhir dengan vokal u’. Selanjutnya, bait ketiga memberi tempat kembali pada vokal a’ untuk menutup dua barisnya. Dua bait berikutnya ditutup dengan tanda baca seru. Bisa jadi, dengan tanda baca itu, Chairil Anwar hendak menaikkan tekanan puisinya supaya menjadi klimaks11. Secara khusus, pada bait terakhir, tiga barisnya berasonansi pada suku kata -al’. Peralihan dari asonansi berakhiran vokal yang berkarakter terbuka menuju asonansi berakhiran konsonan yang berkarakter tertutup pada akhir puisi ini sekaligus seperti menutup atau menyelesaikan puisi ini dalam puncak klimaks. Dengan asonansi tersebut, Chairil Anwar seolah lebih mementingkan aspek stilistika atau plastik bahasa untuk menentukan sukses atau gagalnya karya sastra yang ditulisnya ini. Dengan adanya asonansi dalam empat bait puisinya ini, Chairil Anwar lebih menekankan keindahan bunyi dalam puisinya ini sebagai suatu pesan. Dengan kata lain, keindahan bunyi yang ditampakkan puisi ini menjadi bagian dari pesan atau bahkan pesan itu sendiri sebagaimana yang digagas Marshall McLuhan the medium is the message’ bahasa artisial dalam puisinya ini, Chairil Anwar bermaksud pergi dari arus utama sekaligus menyambut fajar dunia baru. Oleh karena itu, puisinya ini cenderung bersifat subversif. Di sini, makna subversif tak negatif. Yang dimaksud adalah subversif sesuai dengan makna asalinya, yaitu subversio’ Latin. Artinya, pembalikan atau pemutaran arah. Secara positif, subversif dapat dimaknai sebagai suatu upaya merintis konsep-konsep atau gagasan baru yang dapat lebih relevan. Dalam upaya mencari relevansi pada puisinya ini, Chairil Anwar mencoba melawan arus umum yang biasanya mengedepankan makna dari kata-kata dalam puisi. Dalam puisinya ini, Chairil Anwar lebih mengedepankan bentuk baca bunyi sebagai pesan yang ingin disampaikannya. Dengan kata lain, Chairil Anwar ingin menggunakan semiotik alih-alih strukturalisme. Dalam semiotik, segala unsur bentuk dalam suatu karya sastra dilihat sebagai bagian dari suatu sistem pemaknaan itu sendiri13. Melalui puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar memberi peluang lebih besar pada estetika alih-alih pada struktur atau pemaknaan yang terdapat dalam puisinya ini dipakainya sebagai titian nada bunyi yang menggiring pembaca sampai pada klimaks puisi. Dengan pesan bunyi ini, bisa jadi Chairil Anwar bermaksud mengajak pembaca untuk merasakan proses merasa yang mencapai klimaks atau puncaknya Bhanu Viktorahadipada suatu keputusan atau keputusasaan, yaitu Selamat tinggal................!’ 3. Lapis maknaWalaupun, nampak mengedepankan estetika dalam wujud bunyi, bukan berarti puisi ini tidak bermakna dari sudut pandang sebuah unit teks. Puisi sebagai suatu karya sastra pada hakikatnya memiliki logika dan realitasnya tersendiri, yang menguasai seluruh mekanismenya. Kebenaran dari logika dan realitas yang ada di dalamnya ditentukan sepenuhnya oleh hubungan integral dari suatu unsur dengan unsur-unsur lain dari karya itu. Dengan kata lain, puisi bukanlah sekadar ikhtiar untuk sekadar bergenit-genit dengan estetika. Puisi juga bukanlah sekadar suatu upaya berimajinasi secara sembarangan dan tanpa tujuan. Puisi bukanlah semacam lamunan ke dalam alam tak nyata. Sebaliknya, seperti sebuah lampu sorot, puisi menunjuk ke depan, ke arah desain yang jelas. Puisi adalah keterbukaan atau ketersingkapan yang membawa yang ada menjadi lebih bersinar dan meledak14. Dengan puisi, makna kehidupan yang tersembunyi hendak disingkapkan. Dalam ikhtiar menyingkapkan makna itulah proses menafsir berikut ini Anwar memberi puisinya judul Aku Berkaca’. Pada umumnya, kaca atau tepatnya cermin berfungsi untuk memantulkan bayangan dari diri subjek yang berdiri di depannya. Bayangan yang terdapat dalam cermin itu akan menunjukkan kenyataan diri subjek, baik yang positif maupun yang negatif. Dalam judul ini, Chairil Anwar belum mengungkapkan akibat yang diperolehnya dari bercermin. Baru dalam baris pertama puisinya, ia mengungkapkan bahwa aktivitas bercermin itu memberinya suatu gambaran diri. Gambaran diri itu diungkapkannya dalam kalimat Ini muka penuh luka’.Dengan ungkapan ini muka penuh luka’ itu penulis mengembangkan suatu imaji. Menurut Jean-Paul Sartre, imaji lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktivitas produktif yang mengintensifkan sebuah objek dengan cara tertentu. Imaji itu bersifat quasi-observasi. Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan yang diimajinasikannya seolah-olah itu nyata15. Imaji itu mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, atau merasakan yang dialami penulis. Realitas yang ditampakkan cermin kepada dirinya ternyata negatif, yaitu muka yang penuh luka. Rupanya kondisi itu bukanlah yang diharapkannya. Bisa jadi, kondisi ideal itu adalah akibat dari masa lalu. Hal ini nampak dari kata luka’ yang digunakan. Luka adalah bekas kecelakaan entah berat atau ringan. Luka dapat membuat seorang yang memilikinya kembali mengingat peristiwa yang mengakibatkan timbulnya luka tersebut. Lebih dari itu, luka bisa menimbulkan trauma. Singkatnya, ada pengalaman masa lalu yang tidak baik, yang jika kembali diingat atau tidak sengaja diingat akan menimbulkan kesedihan. Oleh karena menimbulkan kesedihan, orang yang bercermin itu enggan atau menolak mengakui bahwa wajah penuh luka itu adalah dirinya. Wajar jika ungkapan berikutnya adalah penolakan atas kondisi tersebut yang terwujud dalam pertanyaan siapa punya?’Dengan pertanyaan itu, ia menggugat realitas nyata yang ada di hadapannya. Ia mencoba mengalihkan diri dari kenyataan yang sebenarnya adalah kondisi dirinya sendiri kepada pihak lain yang anonim siapa’. Anonimitas menjadi tempatnya membuang kondisi tidak ideal itu. Dengan membuangnya, ia berharap bisa terbebas 37Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil Anwardari kondisi tak ideal menangkap kondisi tidak ideal dengan indra penglihat, Chairil Anwar menangkap realitas lainnya dengan menggunakan indra pendengar. Hal ini diungkapkannya pada bait berikutnya Kudengar seru menderu dalam hatiku’. Ungkapan ini menunjukkan bahwa ternyata seru menderu’ yang terdengarnya bukanlah bunyi yang dapat ditangkap dengan telinga sebagaimana bunyi pada umumnya. Bunyi itu berada di dalam hatinya. Oleh karena belum jelas, bisa jadi yang didengar itu bukanlah bunyi yang sesungguhnya. Yang didengarnya adalah pseudo-bunyi, sesuatu yang seolah-olah seperti bunyi, sehingga ungkapan berikutnya adalah suatu pertanyaan Apa hanya angin lalu?’Kondisi yang ditampakkan dalam bait ini nampaknya juga bukanlah suatu kondisi yang ideal. Kondisi yang dimaksudkan adalah timbulnya suatu bunyi, tetapi tidak bisa dipastikan bunyi apakah itu. Lagi-lagi ada kesan bahwa penulis ingin mengalihkan sesuatu yang sebenarnya ada dalam dirinya atau kondisi nyata dirinya itu dalam hatiku kepada sesuatu yang ada di luar dirinya angin lalu’. Ungkapan angin lalu’ memiliki tendensi anonim. Angin adalah sesuatu yang tidak berwujud, kecuali jika membawa sesuatu bersamanya topan, puting beliung. Akan tetapi, walaupun tidak berwujud, angin dapat dirasakan dan dialami. Pada ungkapan dalam baris ini, rupanya unsur dirasakan dan dialami itu juga direduksi dengan kata lalu’. Sekurang-kurangnya, kata ini mengungkapkan dua makna. Pertama, datang dari masa lampau atau sudah lewat. Kedua, sekelebat atau seadanya bukan angin kencang atau angin ribut. Dari ungkapan tersebut, penulis nampaknya menghendaki supaya seru menderu’ yang sebenarnya nyata dalam dirinya itu hanyalah sesuatu yang tidak berarti atau sesuatu yang sudah lewat. Dengan kata lain, ia ingin menghindari, bahkan setelah mengungkapkan yang dirasakan atau dialaminya melalui dua indra penglihat dan pendengar, penulis menyampaikan sesuatu lain yang dialaminya. Pengalaman itu diungkapkannya dalam kalimat Lagu lain pula menggelepar tengah malam buta’. Penulis mendenisikan yang dirasakan atau dialaminya sebagai lagu lain’. Sebenarnya, denisi lagu sudah cukup jelas, yaitu untaian nada dan syair yang membentuk satu kesatuan bunyi yang bermakna dan berirama. Akan tetapi, kata lain’ membuat denisi itu tereduksi kejelasannya. Kata lain’ ini seolah menunjukkan bahwa lagu yang dimaksud adalah lagu yang berbeda atau bahkan lagu yang tidak biasa alias aneh. Lagi-lagi, di sini muncul kondisi tidak biasa, yang dapat saja disebut sebagai kondisi tidak lagu itu ditampakkan dalam aktivitasnya. Biasanya lagu memproduksi bunyi yang dapat didengar. Akan tetapi, dalam baris ini, lagu tidak memproduksi bunyi. Lagu ini justru menggelepar’, suatu aktivitas yang todak lazim untuk sebuah lagu. Bisa jadi, ada yang salah dengan lagu ini sehingga menggelepar. Selain itu, konteks waktu saat terjadinya aktivitas itu pun tidak lumrah, yaitu tengah malam buta’. Di sini penyair menggunakan bahasa guratif atas kata malam. Malam diibaratkan manusia yang tidak dapat melihat alias buta. Secara umum, malam memang biasa dimaknai sebagai gelap. Dengan adanya ungkapan buta’ yang mengikutinya, kesan gelap menjadi semakin kuat. Kondisi gelap biasanya dilawankan dengan terang. Pada umumnya, yang lebih dilihat sebagai kondisi ideal adalah terang. Gelap cenderung dilihat sebagai kondisi tidak ideal. Kondisi tidak Bhanu Viktorahadiideal dalam konteks ungkapan tengah malam buta’ disangatkan. Dengan kata lain, kondisinya sungguh sangat tidak ideal. Kondisi ini menguatkan kondisi tidak ideal sebelumnya yang dimiliki ungkapan lagu lain’ yang menggelepar itu. Jelaslah, bahwa kondisi ideal menjadi semakin kuat ditampakkan dalam bait ketiga penulis menggunakan onomatope di bait berikutnya dalam ungkapan Ah .......!!’. Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi. Tiruan bunyi dalam konteks bait ini bisa menimbulkan efek memelas atau kecewa. Jika dikaitkan dengan tiga bait sebelumnya, bisa jadi onomatope itu menjadi semacam ekspresi dari kejengahan si penulis atas kondisi tidak ideal tiga kali berturut-turut yang dialaminya. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain mengeluarkan bunyi sebagai ekspresi perasaannya. Tidak ada kata atau ungkapan yang memadai untuk dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya berikutnya atau bait terakhir menjadi klimaks dari puisi sekaligus ungkapan perasaannya. Segala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal .............!! Selamat tinggal ................!’Penulis merangkum aneka macam kondisi tidak ideal itu dengan ungkapan segala’. Bagi penulis, segalanya menebal’. Menebal bisa diartikan menjadi kasar atau menjadi tak peka. Segalanya mengental. Mengental dapat dimaknai tidak cair atau kaku. Dalam konteks seorang pribadi, kekakuan dapat dimaknai sebagai kerasnya hati atau bebal. Akhirnya, ungkapan yang ketiga terkait kondisi tidak ideal itu adalah tak kukenal’. Di sini penulis menegaskan opini personalnya dengan objek pelaku ku’ aku. Bisa jadi, di sini penulis sungguh-sungguh ingin memberi penekanan bahwa dirinyalah yang tak mengenal segala macam kondisi tak ideal itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa si penulis tidak ingin mengenal kondisi-kondisi tidak ideal itu. Oleh karena tak mengenal, terbuka kemungkinan baginya untuk mengabaikan itu semua. Penulis menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki keharusan atau tanggung jawab untuk peka atau menaruh perhatian pada kondisi-kondisi ideal itu. Oleh karena itu, ungkapan terakhir sangatlah pas. Selamat tinggal ................!Penulis sampai pada keputusan. Ia memutuskan untuk meninggalkan segalanya, kondisi-kondisi ideal itu. Jika memang itu yang dimaksud penulis, secara implisit terkandung di dalam keputusan itu suatu harapan bahwa dengan meninggalkan atau mengucapkan selamat tinggal pada segalanya itu, ia akan memeroleh sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang ideal. Akan tetapi, bisa juga ungkapan Selamat tinggal ................!’ itu dimaknai bukan sebagai keputusan, melainkan sebagai keputusasaan. Jika ini yang terjadi, ada nuansa pesimis yang muncul. Penulis seolah tidak sanggup lagi menemukan yang ideal yang ingin diraihnya. Jika ini yang terjadi, penulis semakin jatuh terjerembab dalam pesimistis. Bahkan, dalam kondisi paling akut, penulis masuk ke dalam kehampaan atau ketiadaan. Ia kehilangan eksistensi dirinya. Dalam kondisi ini, yang dikatakan Jean-Paul Sartre terjadi, yaitu tiada menghantui ada atau eksistensi diri le néant hante l’être menemukan kenyataannya. Setiap realitas atau kenyataan dengan sendirinya terancam ketiadaan yang terkandung dalam dirinya SIMPULANDari sudut pandang strategi penyampaian, melalui puisinya ini, Chairil Anwar dapat dilihat menggunakan strategi retorika yang biasa digunakan para lsuf Yunani, secara khusus yang beraktivitas di 39Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAtena. Chairil Anwar masuk ke dalam diri pembacanya melalui pola pikir persuasif yang telah umum dikenal warga Atena, yaitu Retorika Aristoteles17. Secara ringkas, retorika Aristoteles ini mencakup tiga unsur, yaitu ethos, pathos, dan logos. Pertama, melalui asonansi maupun diksi dalam puisinya ini, Chairil Anwar menampilkan diri dengan sesuai etika ethos. Yang dimaksudkan etika di sini bukanlah sekadar tata moral. Yang dimaksudkan dengan etika dalam konteks ini adalah kepantasan sikap. Chairil Anwar berhasil menampilkan diri sebagai pribadi yang sungguh-sungguh manusiawi, lengkap dengan aneka macam perasaan dan emosi yang wajar. Kedua, Chairil Anwar juga berhasil menyapa dan mengangkat emosi pembaca saat berwacana atau berkomunikasi dengan mereka pathos, baik dengan asonansi maupun diksi yang terdapat dalam puisinya ini. Ketiga, Chairil Anwar pun tak lupa akan pesan yang harus disampaikannya logos melalui puisinya ini, yaitu sikap manusia dalam menghadapi aneka macam kondisi tidak ideal dalam hidupnya. Chairil Anwar memperlengkapi diri dengan pemahaman dari sudut pandang psikologis serta secara implisit memanfaatkan tradisi literer maupun losos yang dipahaminya untuk meneguhkan argumennya. Dengan tiga hal itulah Chairil Anwar bisa membuka dan mengembangkan komunikasi secara efektif dengan PUSTAKAAlonso-Schökel, Luis. A Manual of Hermeneutics. Sheeld Sheeld Academic Press, Rhetoric. trans. W. Rhys Robert. New York Dover Publications, inc., Roland. Elements of Semiology. London Jonathan Cape, Taylor. Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time. Cambridge Cambridge University Press, Paul ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Hans-Georg. “The Historicity of Understanding.” Paul Connerton ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Martin. Poetry, Language, Thought. New York Harper & Row Publisher, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, Umar. Mitos dan Komunikasi. Jakarta Penerbit Sinar Harapan, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, Marshall. Understanding Media The Extensions of Man, Cambridge, Massachusetts The MIT Press, Jean-Paul. L’être et le néant. Essai d’ontologie phénoménologique. Paris Librairie Gallimard, . The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., AKHIR Endnotes1 Ivan Illich, Celebration of Awareness Harmondsworth Penguin Books, 1973, Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Luis Alonso-Schökel, A Manual of Hermeneutics Sheeld Sheeld Bhanu ViktorahadiAcademic Press, 1998, 29 “The sense is something wanted or intended by the author; not simply a datum of the text, nor something which is simply at the mercy of the reader-interpreter.”4Dan R. Stiver, The Philosophy of Religious Language Oxford Blackwell Publishers Ltd. 1996, Carman, Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time Cambridge Cambridge University Press 2003, Puisi Aku Berkaca’ adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk Deru Campur Debu’. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 – Jakarta, 28 April 1949.7 Umar Junus, Mitos dan Komunikasi Jakarta Penerbit Sinar Harapan, 1981, Umar Junus, Mitos dan Komunikasi, Hans-Georg Gadamer, “The Historicity of Understanding,” Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu’.11 Goris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan Marshall McLuhan, Understanding Media The Extensions of Man Cambridge, Massachusetts The MIT Press, 1994, Roland Bartes, Elements of Semiology London Jonathan Cape, 1967, Martin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, Jean-Paul Sartre, The Psychology of Imagination New York Citadel Press, 1972, Jean-Paul Sartre, L’être et le néant. Essai d’ontologie phénoménologique Paris Librairie Gallimard, 1943, Aristotle, Rhetoric, trans. W. Rhys Robert New York Dover Publications, inc., 2004, 6-11. Antonio Julio PutraPilgrimage is some act like make a devotional visit to sacred place. In there, we can find something which make us close with God. The way that we use to find it is we have to open one of part in ourself, that we called as intuition. From the intuition, people can examine some experience of pilgrimage, that is a experience of God. Pass through this experience will make something happened, that we called communication. From the communication, experience transform to be a image about The Transcendent. One of the thousand of The God Image can founded in this paper. That image appear because of a experience which bring the ratio and the faith, and then create some new perspective of The Transcendent Taylor CarmanThis book offers an interpretation of Heidegger's major work, Being and Time. Unlike those who view Heidegger as an idealist, Taylor Carman argues that Heidegger is best understood as a realist. Amongst the distinctive features of the book are an interpretation explicitly oriented within a Kantian framework often taken for granted in readings of Heidegger and an analysis of Dasein in relation to recent theories of intentionality, notably those of Dennett and Searle. Rigorous, jargon-free and deftly argued this book will be necessary reading for all serious students of of Awareness. Harmondsworth Penguin BooksIvan IllichIllich, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, d'ontologie phénoménologiqueJean-Paul SartreSartre, Jean-Paul. L'être et le néant. Essai d'ontologie phénoménologique. Paris Librairie Gallimard, 1943. ______________. The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Philosophy of Religious LanguageDan R StiverStiver, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulisPuisiPuisi 'Aku Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 -Jakarta, 28 April 1949.130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahuGorys KerafDiksi Dan GayaBahasaGorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu'.Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnyaGoris KerafDiksi Dan GayaBahasaGoris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan HeideggerPoetryLanguageMartin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, 72. SastraAngkatan 45, bentuk: Puisi. Karya: Chairil Anwar. Ini adalah salah satu puisi dari seorang maestro yaitu Chairil Anwar, dengan kata yang lugas, kaya makna, dan indah untuk difahami. Dari buku: Deru Campur Debu — BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segla macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan teori, ide, dan sistem berfikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berfikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha kebutuhan keindahan manusia. Disamping itu, sastra harus pula mampu menajadi wadah penyampaiaan ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia. Dalam proses kreatif karya sastra, banyak unsur yang terlibat di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan, wawasan, pemikiran, keyakinan, dan pengalaman fisik, serta unsur imajinasi pengarang. Unsur yang terakhir itu sangat memegang peranan penting dan memberi nilai lebih, bahkan menjadi nilai dari karya sastra. Karya sastra lahir dan bersumber dari pengalaman sastrawan sendiri, baik dalam bentuk pengalaman lahiriyah maupun pengalaman bathiniyah. Secara sadar atau tidak sadar, sastrawan mengungkapkan pengalaman tersebut ke dalam karyanya yang dimaksudkan sebagai konsumsi mental dan pikiran orang lain. Pada waktu karya sastra ditulis, ada orang lain dalam pikiran pengarang, dan setelah karya sastra ditulis orang lain itu tidak lain adalah pembaca. Dengan demikian, melalui karyanya, pengarang menghimbau dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan merasakan pengalaman lahir atau batinnya yang pernah dialami dan dirasakannya. Karya sastra juga merupakan produk imajinasi pengarang, yaitu sebuah hasil proses pemikiran dan pengamatan intens pengarang terhadap kehidupan. Imajinai itu tidak muncul tanpa danya fakta yang dipikirkan. Puncak dari pemikiran memunculkan konsep yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Sastra sebagai salah satu dunia ekspresi juga tidak terlepas dari proses pemikiran, artinya pola berfikir penulis atau pengarang akan menentukan pola dan corak karyanya. Dari sinilah bermula beragamnya karya dengan ciri khas tertentu, yang membedakan antara karya pengarang yang satu dengan pengarang yang lainnya. Tentu telah sering mendengar kata puisi, tetapi setiap kalidiminta untuk menjelaskan pengertian puisi, sering menjumpai kesulitan karena begitu banyak ragam puisi sehingga rumusan tentang pengertian puisi. Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat’ atau poeisis, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan membuat dan pembuatan, karena dalam puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang memungkinkan berisi pesan atau gambaran suasana-suasan tertentu, baik fisik maupun batiniah Aminuddin, 2011134. Puisi mudah dijumpai di kolom sastra pada edisi hari Minggu pada surat kabar yang terdiri sebanyak 4-6 puisi. Terkadang pembaca susah memahami isi maksud yang pengarang sampaikan, namun ada pula yang bisa langung menebak maksud pengarang yang disampaikan melalui puisi tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pembaca agar mengetahui makan yang tersimpan dalam puisi tersebut, salah satunya membacanya berulang-ulang, mencari unsur-unsur dasar dalam puisi unsur intrinsik, atau menggunakan teori atau pendekatan dalam mengkaji karya sastra. Bahasa yang terdapat dalam sebuah puisi terkadang terlalu susah dicari maknanya, karena bahasa dalam puisi bersifat ambigu dan homonitas, yangtentunya tidak dapat dilepaskan dengan sifatnya konotatif. Menurut Hudson dalam Aminuddin, 2011134 mengatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang mengungkapkan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisa yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukis. Semiotik atau studi tentang sistem lambang pada dasarnya merupakan lanjutan dari strukturalisme. Sebab itu semiotika sering juga disebut strukturalisme semiotik. Bagi semiotika teks sastra sebagai realitas yang dihadirkan di hadapan pembaca, di dalamnya pasti sudah ada potensi komunikatif Aminuddin, 2011124. Lambang kebahasaan dalam teks sastra, sebagai sesuatu yang hadir lewat motivasi subjektif pengarang, pemaknaan dengan demikian juga merujuk pada sesuatu yang lain di luar struktur yang terdapat dalam teks sastra itu sendiri. Unsur-unsur luar yang ditujukan itu akan mengacu berbagai fenomena yang kompleks. Oleh sebab itu, supaya pemahaman terhadapnya pun sangat beragam. Akan tetapi, sesuai dengan terdapatnya empat dimensi daalam teks sastra Aminuddin, 2011124. Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semilogi. Semilogi juga sering di sebut semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra Endaraswara, 201163. Dalam membahas simbol pada puisi, biasanya membedakan antara simbol pribadi, penyair modern dengan simbolnya yang pernah dipakai pengarang-pengarang sebelumnya dan sudah diphami secara luas. Mula-mula simbolisme pribadi berkonotasi negatif, tetapi perasaan dan sikap terhadap simbol puitis selalu ambivalen. Sukar mencari lawan kata pribadi dalam konteks ini Konsep Semiotik merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Model struktural semiotik muncul akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural. Jika struktural sekadar menitikberatkan aspek instrinsik, semiotika tidak demikian halnya, karena pemahaman semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strukturalisme semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktural dengan tanda-tanda. Tanda sekecil apa pun dalam pandangan semiotik tetap diperhatikan. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semilogi. Istilah pertama, merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik semiotik maupun semiologi sering digunakan bersama-sama tergantung di mana istilah itu populer Endraswara, 201164. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ini meneliti “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1 simbol 2 tanda, 3 penanda, 4 ikonisitas 5 indeks. Batasan Masalah Agar penelitian tetap terfokus dan tidak melewati ruanglingkup masalah di atas amak perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini di batasi pada analisis simbol. Rumusan Masalah Rumusan Masalah Umum Secara umum masalah penelitian ini adalah bagaimana Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce. Rumusan Masalah Khusus Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimana simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 2 Bagaimana simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 3 Bagaimana simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan pasti mempunyai tujuan. Agar tujuan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif tentang “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi objektif tentang 1 Mendeskripsikan simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 2 Mendeskripsikan simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 3 Mendeskripsikan simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Untuk menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam mengapresiasi karya sastra khususnya puisi. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori semiotik. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam penulisan karya ilmiah dan sebagai bekal untuk mengadakan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kepribadian, kepekaan, dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan analisis simbol agar daya tangkap persepsi dan penalaran mengenai lingkup semiotik. Definisi Operasional Untuk menghindari salah tafsir dan salah persepsi terhadap pokok-pokok masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu di jelaskan batasan istilah penting berikut 1. Puisi adalah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang. 2. Semiotika adalah sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. 3. Simbol-simbol adalah menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. ============================================================================== BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu yang Relevan Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian Sayekti Handayani 2005 yang berjudul "Aspek Moral dalam Novel Biru Karya Fira Basuki Tinjauan Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terhadap novel Biru, ditemukan bahwa 1 Aspek agama sebagai penentram batin yaitu tindakan yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta, 2 Aspek kepedulian terhadap lingkungan yaitu suatu tindakan peduli dalam pencemaran lingkungan, 3 Aspek korupsi dan memperkaya diri yaitu tindakan yang dilakukan bukan hanya karena alasan minimnya ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu kebudayaan khususnya di Indonesia, 4 Aspek perselingkuhan yaitu alasan perselingkuhan salah satunya adalah tidak ada kecocokan antara keduanya, 5 Aspek pelecehan seksual yaitu pelecehan terhadap perempuan yang tidak hanya terbatas pada gerakan fisik, tetapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yaitu perkosaan, 6 Aspek pergaulan bebas yaitu ada pergaulan tanpa batasan yang dilakukan sebagian anak muda dan salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan dan longgarnya moral agama dan efek sosial di kalangan anak muda. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Penelitian Evriana Lestyarini 2005 yang berjudul "Aspek Moral Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Semiotik". Lestyarini mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek antara lain 1 aspek penyalahgunaan kekuasaan digambarkan melalui tokoh insinyur Dalkijo yang melakukan korupsi pada proyek pembangunan jembatan sungai Cibawor, 2 aspek kenakalan remaja melalui tokoh Bejo dan beberapa temannya tergolong anak muda yang suka bermain judi dan minuman keras, 3 aspek kriminalitas dilukiskan melalui perilaku orang-orang kampung dan para pekerja proyek yang melakukan pencurianterhadap bahan bangunan secara terang-terangan, 4 aspek ketidakpastian dapat diketahui dari tindakan insiyur Dalkijo dianggap suka memaksa kehendak kepada orang lain, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, 5 aspek keyakinan beragama tampak melalui tokoh insinyur Kabul yang taat beribadah sebagai umat beragama, 6 aspek kejujuran dilukiskan oleh tokoh insinyur Kabul memiliki pribadi yang jujur, lurus dan tidak mementingkan kepentingan sendiri, 7 aspek cinta kasih terhadap lawan jenis atau pria dan wanita digambarkan oleh Wati yang memiliki rasa cinta terhadap lawan jenisnya yaitu insinyur Kabul. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Septefin Dyah Prabawani 2006 dalam penelitiannya yang berjudul "Aspek Moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo Analisis Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terdapat beberapa aspek moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo, yakni aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, aspek kesetiaan, aspek nasionalisme dan patriotisme. Aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, dicerminkan sikap Karna pada saat ditemui Prabu Kresna tentang keberpihakkannya apabila terjadi perang Bhatarayudha, Karna menjawab dengan tegas akan tetap memihak pada Kurawa, bahkan berharap Bharatayudha harus terjadi. Dalam aspek kesetiaan digambarkan sikap Karna dalam menjunjung tinggi aturan atau hukum. Aspek nasionalisme dan patriotisme yaitu pada sikap lahiriah Karna tanpa ragu-ragu untuk tetap memihak dan menyatu dengan para Kurawa, meskipun batinnya tetap memihak Pandawa. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ariyanto dan Abdul Kosim 2006 dengan judul “Kritik Sosial dalam Karikatur Harian Umum Solopos edisi bulan Januari-Maret 2007 Tinjauan Semiotik” . Ariyanto dan Abdul Kosim dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai krisis kepercayaan terhadap sistem penerbangan di tanah air mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap jasa penerbangan pesawat Adam Air. Nilai krisis kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan rakyat terhadap program Gerakan Rakyat Menanam, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, ketidakefektifan program Askeskin. Nilai krisis sosialisme memiliki beberapa gagasan yaitu keegoisan pejabat DPRD, keegoisan pejabat pemerintah, keegoisan aparat kepolisian, keegoisan pejabat DPR. Adapun, nilai koboi-isme mengandung gagasan berupa perilaku liar seorang polisi. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Struktur religiusitas kumpulan puisi “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Perbedaan dengan peneltian yang akan dilakukan terletak pada kajian dan judul yang di ambil masing-masing peneliti, sedangkan persamaan terletak pada judul puisi yang di ambil yaitu “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar. Landasan Teori Pengertian Puisi Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu; prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis manusia. Karya –karya sastra lama yang berbentuk puisi misalnya; Mahabrata dan Ramayana. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang Aminuddin, 1987134. Istilah puisi bukan suatu yang asing, namun untuk menjelaskan pengertian puisi seringkali mengalami kesulitan karena beragamnya bentuk puisi sehingga rumusan-rumusan pengertian puisi berbeda pula. Antar penyair yang satu dengan penyair yang lainnya mempunyai dasar pengertian yang berbeda tentang puisi. Rumusan pengertian puisi yang diberikan akan tidak sesuai jika diterapkan pada bentuk puisi yang berbeda. Dari hal itulah maka pendefinisian puisi sangat beragam bergantung pada sisi mana pengertian itu diberikan dan kedalaman pemahaman seseorang tentangnya. Walaupun sampai sekarang tidak dapat dijumpai pengertian puisi yang tepat untuk semua bentuk dan jenis puisi, kita dapat memakai ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi. Beberapa tokoh memberikan penegtian puisi sangat beragam. Wiryosoedarmo mengatakan puisi sebagai karangan yang terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait, banyaknya kata dalam suku kata dalam tiap baris, rima dalam irama Pradopo, 20025. Hudson mengutip Mc Caulay memberikan pengertian puisi sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampainya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, yaitu dengan kata-kata yang indah, penataan unsure bunyinya mampu mengungkap gagasan, angan-angan atau imajinasi serta ilusi tentang keindahan ketika membaca puisi tersebut 1987134. Waluyo 198725 memberikan pengetian puisi bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan persaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ahmad 19783 mengumppulkan pendapat dari beberapa penyair romantik inggris dengan melihat unsure-unsur puisi yaituy; emosi, imajinasi, pemikiran, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan yang bercampur baur, menyimpulkan bahwa puisi sebagai proses ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Pradopo 20026 memberikan pengertian puisi merupakan rekaman dan interpretasi mpengalaman manusia yang penting kemudian diekspresikan dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat dikenali dari struktur lahir dan struktur batinnya. Memperhatikan struktur lahirnya, Mulyana mengatakan puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya, yang menghasilkna rima , ritma dan musikalitas. Sedangkan Reeves menyatakan puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat, sedang Samson lebih melihat puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional Waluyo, 198723. Dilihat dari struktur batin puisi, Waluyo 198723 mengumpulkan pendapat para tokoh mengenai puisi antara lain; Puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan Spenser, atau peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian Johnson, ungkapan perasaan, pikiran dan emosional pengarang yang diwujudkan dalam bentuk keindahan. Waluyo pada satu kesimpulan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur lahir dan struktur batinnya 198725. Aminuddin 1987134 mengatakan bahwa pada dasarnya perumusan pengertian puisi tidak begitu penting, karena yang terpenting adalah bagaimana kita. Mampu menikmati puisi yang ada. Namun untuk sekedar pandangan agar kita tidak terlalu sulit untuk mendefinisikan puisi. Maka dapat disimpulkan dari beberapa tokoh mengenai pengertian puisi yang beragam, yaitu bahwa “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikran dan perasaan penyair scara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya yang ditampilkan dengan susunan terindah”. Teori Semiotika Peirce Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut; “Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory, semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang di miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia”. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Semiotika yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dikatakan juga semiologi. Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Kajian semiotik merupakan kajian terhadap tanda-tanda secara sistematis yang terdapat dalam karya sastra termasuk novel. Ada dua hal yang berhubungan dengan tanda, yakni yang menandai atau penanda yang ditandai atau penanda. Hubungan antara tanda dengan acuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Simbol yang ada tentunya sudah mendapat persetujuan antara pemakai tanda dengan acuannya. Misalnya, bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvensional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya. Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni 1 simbol pribadi, misalnya seseorang menangis bila mendengar sebuah lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia, 2 simbol pemufakatan, misalnya burung Garuda atau Pancasila, bintang= keutuhan, padi dan kapas= keadilan sosial, dan 3 simbol universal, misalnya bunga adalah lambang cinta, laut adalah lambang kehidupan yang dinamis. Teori Simbol Kata “simbol” yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti menghubungkan atau mengabungkan. Simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Ricoeur merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. Ketika masyarakat majemuk berinteraksi dengan masyarakat lain yang berbeda budaya, maka tatkala proses komunikasi dilakukan, simbol-simbol verbal atau nonverbal secara tidak langsung dipergunakan dalam proses tersebut. Penggunaan simbol-simbol ini acapkali menghasilkan makna-makna yang berbeda dari pelaku komunikasi, walau tak jarang pemaknaan atas simbol akan menghasilkan arti yang sama, sesuai harapan pelaku komunikasi tersebut Ricoeur dalam Rosyidi, 2010159 mendefiniskan simbol sebagai struktur penanda yang di dalamnya terdapat sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjukkan kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui yag pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutik. Sedangkan Noth 200645 mengatakan bahwa simbol merupakan kategori atas tanda-tanda arbitrer dan konvensional “suatu simbol merupakan tanda yang mengacu pada objek yang digambarkan oleh suatu hukum, biasanya asosiasi ide-ide umum”. Menurut Morris dalam Noth, 200655 mengatakan bahwa simbol merupakan tanda yang dihasilkan oleh interpretasinya yang bertindak sebagai pengganti atas tanda lain yang yang dianggap sinonim semua tanda yang bukan simbol. Lain halnya dengan Hjelmslev dalam Noth, 200671 mendefinisiakan simbol sebagai entitas nonsemiotik yang bisa diintepretasikan dalam termonologinya, entitas monoplanar itu dengan isomorfi ekspresi. Simbol banyak digunakan dalam bidang humariora dalam pengertian yang luas simbol merupakan sinonim tanda Noth, 2006115. Menurut Whitehead dalam Noth, 2006115 mangatakan setiap tindak persepsi tidak langsung merupakan simbol. Ogned dan Richrd dalam Noth, 2006115 mendefinisikan simbol sebagai tanda yang digunakan dalam komunikasi manusia. Maka, simbol yang diartikan Pierce sebagai tanda yang mengacu pada objek itu sendiri, melibatkan tiga unsur mendasar dalam teori segi tiga makna simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Di sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan petanda sifatnya konfensional. Masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Kajian simbol berjalan dengan dua kesulitan untuk masuk ke struktur gandanya, pertama, simbol memiliki bidang penelitian yang terlalu banyak dan terlalu beraneka ragam. Ke dua, konsep simbol melekat pada dua dimensi atau dua semesta wacana, yaitu suatu tatanan lingustik dan tatanan nonlingustik. Simbol limguistik dibuktikan oleh fakta bahwa simbol dibangun oleh simantik simbol yaitu teori yang menjelaskan struktur simbol berdasarkan makna signifikan Rosyidi, 2010159-160. Kompleksitas eksternal simbol ini dapat dijelaskan oleh teori metafora dengan tiga langkah 1. Mengindentifikasi benih semantik yang khas setiap simbol betapapun berbedanya masing-masing, berdasarkan struktur makna yang operatif dalam tuturan metaforis. 2. Berfungsinya metaforis bahasa akan membebaskan peneliti untuk memisahkan strata nonlinguistik simbol, penyebaran baru mengenai simbol ini akan menimbulkan perkembangan yang jauh dalam teori metafora yang jika tidak tersembunyi. Dengan cara ini, teori simbol akan mengizinkan peneliti untuk menyempurnakan teori metafora Ricoeur dalam Rosyidi, 2010153. Ciri makna semantik simbol diindentifikasi dengan melihat hubungan makna harfiah dengan figuratif dalam tuturan metaforis. Simbol dikaitkan dengan bahasa sebab simbol muncul jika ia di ujarkan, sedangkan metafora adalah pelaku ulang yang membahas aspek simbol Rosyidi, 2010160. Simbol tidak dapat hanya disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya. Simbol berbeda dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan juga makna. Maka, pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi simbol-simbol universal, simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan tertentu, dan simbol individual Teori metafora berguna mengungkapkan simbol sehingga metafora memahami pelanggaran semantik pada kalimat menjadi model untuk perluasan makna. Maka simbol sebenarnya bertentangan dengan makna. Dalam makna simbol tentu tidak ada dua makna, maka dua makna itu menjadi satu tingkatan gerakan yang memindahkan dari satu tingkat linguistik ke tingkat nonlinguistik yang keduanya berasimilasi menjadi makna yang dicari Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbol tidak bisa diatasi secara tuntas oleh bahasa konseptual, ada lebih banyak simbol dari pada persamaan konseptualnya. Untuk mengindentifikasi sisi nonsemantik simbol dengan metode kontras, maka setuju menyebutnya semantik ciri-ciri simbol. 1. Memungkinkan analisis linguistik dan analisis logis logis berdasarkan makna interpretasi. 2. Mempunyai persamaan metafora yang sesuai. Oleh karena itu, sesuatu dalam simbol tidak sesuai dengan metafora karena kenyataannya ini menolak transkripsi linguistik, sematik, atau logis Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbolisme hanya bekerja ketika struktur ditafsirkan. Hermeneutik minimal demi fungsinya simbolisme apa pun. Akan tetapi, penjabaran linguistik ini tidak menekankan pada apa yang disebut ketaatan pada simbolisme yang khas semesta suci. Penafsiran suatu simbolisme, bahkan, tidak dapat terjadi jika mediasinya tidak disahkan oleh hubungan langsung antara makna dalam hierofani itu di bawah pertimbangan. Kesucian dalam membuka dirinya dalam mengatakan dirinya sebagai simbol Ricoeur dalam Rosyidi, 2010162. Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Oleh sebab itu, “Hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebut” Wachid 2008 26-27. Simbol Cinta pada Tuhan Dalam semua agama ateis, Tuhan adalah nilai tertinggi yang paling didambakan. Cinta Tuhan adalah karunia. Sikap religius yang benar adalah mempercayai karunia ini dan menghayati diri sebagai yang kecil dan tak berdaya. Karakter cinta Tuhan berkaitan erat dengan pentingnya unsur-unsur patriarkhal dan matriarkhal dalam sebuah agama. Dalam konteks partiarkhal, Tuhan itu adil dan tegas; Dia memberi hukuman dan pahala. Sedangkan dari segi martriakhal dalam agama, Tuhan mencintai dan merengkuh kita, tidak pandang bulu, seperti layaknya ibu; menolong, melindungi dan mengampuni. Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Tuhan adalah pencipta, tetapi tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memujanya. Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala keinginan kita. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta terhadap Sang Maha cinta merupakan klimaks dari pada cinta itu sendiri. Di ranah agama cinta identik dengan Tuhan, nilai tertinggi dalam ajaran agama adalah cinta terhadap Sang Maha cinta. Puncak cinta manusia yang paling bening, jernih, dan spritual ialah cinta kepada Tuhan. Semua cinta bersumber dari agama karena cinta terlahir dari Tuhan. Cinta Tuhan berasal dari kebutuhan dan mengatasi keterpisahan serta untuk meraih kesatuan Fromm, 2004112. Cinta kepada Tuhan bukanlah pengetahuan mengenai Tuhan dalam pikiran dan bukan juga pikiran tentang cinta terhadap Tuhan, melainkan tindakan mengalami kesatuan dengan Tuhan. Hal ini mengarah pada penekanan cara hidup yang tepat Fromm 2004136. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta Tuhan adalah bentuk cinta yang berdimensi spiritual yaitu hakikat cinta Ilahi di mana kita akan menemukan kedamaian dalam hening yang abadi. Cinta Tuhan merupakan wujud kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yang kita cintai. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang dicintai. Simbol Cinta Sesama Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain dalam melengkapi kekurangan dari masing-masing individu. Hal ini akan terealisasi apabila cinta terhadap sesama tertanam dalam kehidupan kita dalam menjalankan peran kita sebagai makhluk sosial. Menurut Fromm 200482. Cinta persaudaraan jenis cinta yang paling fundamental yang mendasari semua tipe cinta adalah cinta persaudaraan brotherly love. Yang saya maksudkan dalam kata ini adalah sebuah rasa tanggungjawab, perhatian, penghormatan serta pemahaman akan setiap manusia lain yang ingin kita majukan hidupnya Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Fromm 200485 menyatakan cinta persaudraan merupakan cinta antara mahkluk sederajat, meski sesungguhnya kita semua juga selalu sederajat. Hal senada juga didukung oleh Sorokin Krich, 2009386 diranah sosial cinta adalah interaksi yang penuh makna antara dua orang atau lebih, tempat segala keinginan dan tujuan dari seseorang terbagi bersama dan tercapai dengan bantuan orang lain. Seorang pecinta tidak akan menghalang-halangi pencapaian dari orang yang dicintai, sebaliknya, ia akan menolong tidak akan menimbulkan rasa sakit atau kesedihan bagi orang yang dicintai. Simbol Cinta Erotis Cinta jenis ini mendambakan peleburan secara total, penyatuan dengan pribadi lain. Pada hakekatnya cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta inilah yang barangkali merupakan bentuk cinta yang paling tidak dipercaya. Cinta erotis sering dikaitkan dengan pengalaman eksplosif jatuh cinta; suatu keruntuhan tiba-tiba atas tembok pemisah yang ada di antara dua orang yang masih terasa masih asing satu sama lain. Kemudian pengalaman keintiman yang tiba-tiba ini pada dasarnya bersifat sementara. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gagasan tentang cinta juga seringkali di samakan dengan keinginan seksual, sehingga mereka mudah terbawa pada kesimpulan yang salah bahwa mereka sedang mencintai orang lain. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah situasi dimana mereka saling menginginkan secara fisik. Bila keinginan untuk penyatuan fisik tidak dirangsang oleh cinta, maka cinta itu hanya membawa pada penyatuan yang bersifat orgiatis dan sementara. Cinta erotis apabila memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu bahwa saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakikat keberadaan saya. Lebih jauh, mencintai seseorang bukan hanya melibatkan perasaan yang kuat saja, melainkan juga melibatkan suatu keputusan, suatu penilaian dan suatu perjanjian. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan perilaku seksual. Cinta yang sangat berbeda dengan kedua jenis cinta yang telah disebutkan adalah cinta erotis mendambakan sesuatu peleburan secara total,penyatuan dengan pribadi hakekatnya, cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal Fromm,200493. Cinta erotis bersifat eksklusif, tetapi dalam mencintai pribadi yang lain dia juga mencintai sesama manusia, semua yang erotis bersifat eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan diri sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan dan bukan dalam cinta persaudaraan. Cinta erotis,jika memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakekat keberadaan saya Fromm,200498. Cinta antara pasangan kekasih atau cinta antara suami dan istri adalah cinta yang terbentuk antara kedua pasangan tersebut. Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap,maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. dalam perkawinan,diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya. Cinta pada dasarnya merupakan suatu kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang ini memang merupakan dasar dari gagasan bahwa suatu ikatan pernikahan tidak boleh diputuskan seperti yang terjadi pada berbagai bentuk pernikahan tradisional dimana kadua mempelai tidak pernah memilih jodohnya sendiri tetapi telah dipilihkan oleh orang lain dan diharapkan mereka akan bisa saling mencintai dikemudian hari Fromm, 200498-99 Cinta adalah energi penghidupan bagai kehidupan sepasang suami istri. Pernikahan yang hanya didasari komitmen akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajiban saja. Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan hubungan semacam ini kehilanagn sifat persahabatnnya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya. ============================================================================ BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif memfokuskan perhatian pada data yang alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya Ratna, 201047. . Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna 201046 yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Sumber Data dan Data Sumber Data Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh Arikunto, 2006129. Sumber data penelitian ini adalah Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang berupa kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan rumusan masalah. Data Data dalam penelitian ini yang berwujud penggalan-penggalan kalimat, uraian kalimat serta paragraph yang mendukung atau mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian mengenai simbol pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode Peneltian Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi ialah cara pengumpulan bahan-bahan atau data-data yang diambil dari bahan pustaka, yaitu berupa Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud sebagai kegiatan dalam pengumpulan data penelitian. Teknik Pengumpulan Data Tekinik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah simak dan catat, yaitu teknik pengumpulan yang dilakukan dengan membaca secara cermat kemudian dicatat dalam bentuk kode tertentu untuk memudahkan pengambilan acuan pada data Straus dalam Mahsun, 200990-93. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak bahsa yang tiidak hanya pada bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis. Tekinik lanjutan dari metode simak adalah tekinik sadap dan catat Mahsun, 200990-3. Akan tetapi, tekinik sadap tidak sesuai karena teknik ini dilakukan pada bahsa lisan. Praktisnya, puisi disimak untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian kemudian diklasifikasikan dan kemudian di beri kode untuk kemudian dianalisis. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain 1 Membaca berulang-ulang kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 2 Menggaris bawahi kalimat yang menggambarkan tentang rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 3 Menyeleksi kalimat-kalimat yang mengambarkan rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan data adalah memperoleh data tentang sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah di tentukan dan sesuai dengan rumusan masalah Arikunto, 2006150. Maka instrumen pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut. Tabel Instrumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Metode dan Teknik Penganalisis Data Metode Penganalisisan Data Karena penelitian ini menggunakan dokumentasi, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan isi atau fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis Ratna, 201053. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis secara rinci, dan menafsirkan data yang sesuai dengan permaslahan dalam landasan teori yang dipaparkan. Teknik Penganalisisan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi content analysis. Analisis isi adlaah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang analisis simbol dalam kumnpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Prosedur Penganalisisan Data Sedangkan prosedur penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mengumpulkan data. Mengambil data yang berupa penggalan-penggalan bait puisi pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang menunjukkan rumusan masalah. Data yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkanb rumusan masalah penelitian. 2. Mengklasifikasi Data Setelah data terkumpul, maka langkah analisis selanjutnya adalah mengklasifikasi data. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang sesuai dengan rumusan yang kemudian diberi kode. 3. Pengkodean Data. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian diberi kode sesuai dengan data yang diperoleh dan rumusan. Berikut contoh pengkodean 01/R1/01/ Keterangan 01 Nomor urut data R1 Rumusan 1 01 Halaman Pengkodean data dilakukan dengan uraian sebagai berikut Tabel pengkodean Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. 4. Menginterprestasikan Data. Data yang sudah diinterprestasikan kemudian dideskripsikan dengan menggunkan teori dan konsep yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. 5. Mendeskripsikan Data Setelah data dikumpulkan dalam korpus data kemudian dideskripsikan berdasarkan rumusan yang sesuai dengan teoori yang digunakan dalam penelitian. 6. Membuat Simpulan. Membuat simpulan berdasarkan hasil temuan pada analisis data beserta saran penelitian sehingga diperoleh garis besar dari keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan. Instrumen Penganalisisan Data Instrumen Penganalisisan data menurut Suharsimi Arikunto 2010134 instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ini dijelaskan sebagai berikut Tabel Instruumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu kegoyahan imannya kepada Tuhan, termangu, isi masih menyebut nama Tuhan dalam doa-doanya. Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan kekhawatirannya terhadap sahabatnya mendorongnya untuk menghiburnya dan memberikan dukungan mental. Rasa empati yang dimilikinya terhadap sesama adalah bentuk kecintaannya terhadap sesama. Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. penggambaran kemampuan cinta cinta erotis dalam menundukkan keegoan individu dan meleburkan dua pemahaman yang berbeda dalam ikatan cinta kasih.
\n \n\n \n makna puisi deru campur debu
puisiberdasar pada konvensi bahasanya, Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. heuristik dan heuristik dan hermeneutik, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah Sajak-sajak karya Chairil Anwar pembacaan puisi berdasar pada konvensi dipilih sebagai objek pembacaan heuristik sastranya. dan hermeneutik karena sajak-sajaknya perlu This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are "Kepada Peminta-Minta", "Sajak Putih", "Senja di Pelabuhan Kecil", dan "Cintaku Jauh di Pulau". The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 77 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG STRUKTUR LAHIR KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Tri Riya Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung tri260211 Abstract This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Keywords birth structure, style Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Adapun empat puisi yang dikaji yakni “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana struktur lahir dari empat puisi tersebut. Metode yang digunakan yakni deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar mengandung unsur stilistika yang sangat kaya yang ditinjau dari pemilihan diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa figuratif, dan rima. Kata-kata kunci struktur lahir, stilistika PENDAHULUAN Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Selanjutnya, karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 199767 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 78 bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Efek-efek tersebut dapat diperoleh melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Penelitian kajian stilistika sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Ali Imron Al-Ma‟ruf dalam disertasinya dengan judul Kajian Stilistika Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Perspektif Kritik Seni Holistik. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih beberapa puisi karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 79 energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Dengan menganalisis bahasa yang dipolakan secara khas, dapat menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab tentang bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan termasuk kekuatan kreativitas karya sastra. Stilistika merupakan kritik terhadap studi karya yang secara tradisional sebagai cabang estetika. Padangan estetika tersebut berhubungan dengan efek-efek total yang timbul ketika berhadapan dengan karya sastra dan efek tersebut dianggap sebagai keseluruhan artistik. Jadi, kritik sastra tradisional tersebut menggunakan teori estetika dengan mendalilkan nilai-nilai keuniversalan artistik. Kajian stilistika adalah sebuah proses analisis karya sastra puisi dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra itu sendiri digunakan oleh penyair yang bertujuan untuk memperlihatkan perlakuannya terhadap bahasa tersebut dalam rangka menuangkan gagasannya. Oleh karena itu, semua daya yang berhubungan analisis bahasa dikerahkan untuk mengungkapkannya. Dengan demikian, proses analisis yang digunakan meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif tanpa melupakan struktur batin yang diperoleh ketika membaca puisi tersebut. Semua upaya yang dilakukan demi kepentingan apresiasi terhadap puisi yang dikaji. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur lahir yang terdapat dalam puisi Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar? KAJIAN TEORI Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Style dapat didefinisikan sebagai the manner of linguistic expression in prose or verse – as how speakers or writers say whatever it is that they say Abrams dalam Wicaksono, 2017263. Gaya merupakan ekspresi kebahasaan dalam sastra sebagaimana sastrawan mengungkapkan dalam karyanya. Dengan demikian, stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172-73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati, 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini, untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 80 jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Pengkajian stilistika pada dasarnya meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika stilistic features yang membedakan pengarang sastrawan karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi pola bunyi bahasa, matra dan rima, sintaksis tipe struktur kalimat, leksikal diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu atau retoris majas dan citraan Wicaksono, 2017272-273. Istilah stilistika telah diterapkan dengan prosedur kritis yang berusaha untuk menggantikan istilah subjektivitas serta impresionisme dalam standar analisis “tujuan” atau “ilmiah” stilistika karya sastra. Konsep linguistik modern mengidentifikasi kajian stilistika meliputi fitur gaya, atau “sifat formal” yang dianggap khas dari suatu kajian, atau seorang penulis, atau tradisi sastra, atau era. Fitur kajian dapat berupa fonologis pola ujaran, suara, atau sajak, atau sintaksis tipe struktur kalimat, atau leksikal abstrak vs kata konkret, frekuensi relatif dari kata benda, kata kerja, kata sifat, atau retorika pemakaian karakteristik gaya bahasa pemajasan, perumpamaan, dan sebagainya. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emosionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 81 Struktur Lahir Puisi Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Menurut Nurhayati 200830-38 terdapat struktur lahir dari puisi yang digunakan untuk menganalisis bahasa. Struktur lahir tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajinasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisedeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2009164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. METODE Metode yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yakni sebuah metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data yang digunakan adalah 4 buah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan Puisi Deru Campur Debu. Adapun keempat puisi tersebut berjudul “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan 1 mengumpulkan data berupa pustaka-pustaka yang relevan, 2 memilih dan menyeleksi data yang telah terkumpul, 3 menganalisis kumpulan puisi dengan pendekatan stilistik, 4 mengabstraksikan data, dan 5 menyusun laporan penelitian. Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Lahir pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 1. Diksi/Pemilihan Kata a. Diksi pada Puisi Kepada Peminta-Minta Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini memerlukan pemahaman menyeluruh. Secara umum, puisi sulit dipahami. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. b. Diksi pada Puisi “Sajak putih” Diksi memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh, seperti pada baris ke tiga “Di hitam matamu kembang mawar dan melati”, Mawar dan melati mengandung majas metafora yang berarti lain, sesuatu yang indah atau cinta yang murni dan menggairahkan seperti keindahan bunga mawar yang merah dan melati putih yang mekar. Dengan demikian penggunaan kata metafora dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk membandingkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna metafora. Berikutnya penyair menggunakan diksi harum rambutmu mengalun bergelut senda. Penggunaan diksi ini dipilih oleh penyair untuk mengenang seorang gadis cantik yang memiliki rambut indah serta memiliki sifat yang ramah dan menyenangkan dari kata senda. Diksi senda terdengar lebih indah dan memiliki Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 83 nilai estetis yang lebih dibanding kata bercanda atau bergurau. c. Diksi pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram, dipantulkan oleh kata-kata gudang, rumah tua, tiang, temali, kelam, laut, tidur, hilang ombak, ujung, desir, dll. Pada puisi ini, penyair lebih banyak menggunakan diksi yang menganalogikan segala hal sesuai dengan isi hatinya. Misalnya pada diksi gudang-gudang, rumah tua, yang membawa kita pada suasana saat itu, kotor, suram, berantkkan, dan tak terawat. Selain itu, penyair juga menggunakan diksi gerimis, kelam, muram, tidak bergerak, hilang ombak. Diksi ini dipilih oleh penyair untuk melukiskan kesepian si penyair terutama saat menanti sang kekasih Sri Aryati. Kemudian pada bait terakhir, penyair memilih diksi berjalan, harap, jalan, berdekap pada setiap bunyi akhir baris puisinya. Hal ini terkait dengan penyamaan rima abab. Penyair juga masih memilih diksi bernuansa muram dan kesepian yang tampak dari penggunaan kata pengap, penghabisan, sedu, dan selamat jalan. Diksi ini dipilih untuk mengungkapkan selain kesepian yang dirasakan oleh penyair, penyair juga akhirnya menyerah pada kehidupannya yang mungkin terlalu banyakk masalah dan rintangan yang harus dihadapi dan tibalah waktunya si penyair untuk meninggalkan dunia iniselama-lamanya. d. Diksi pada Puisi Cintaku Jauh di Pulau Secara keseluruhan puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar secara sekilas mengusung tema kasih tak sampai. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan penyesalan. Penyair menuliskan kesedihan karena ajal terlalu cepat menjemput, sebelum si aku lirik berhasil mendapatkan cintanya. Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan pada bait ke-4, berikut. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama „kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Namun, bila kita telaah lebih dalam, puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” ciptaan Chairil ini lebih menyiratkan penyesalan seseorang atas segala tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih dahulu menjemputnya. Secara keseluruhan, makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair. Penulis meresepsikan sebuah karya dengan judul “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sebuah cerita tentang bagaimana si Chairil mendapatkan hikmah dari penyakit yang dideritanya, yaitu sebuah jalan yang selama ia sehat tak pernah ditemukan. Maksudnya, ketika Chairil menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan akibat seringnya berganti-ganti pasangan, ia menyadari bahwahanya ada satu gadis yang benar-benar ia cintai. Namun, karena ia tahu bahwa ajal akan cepat menjemputnya, ia merasakan ada sebuah jarak yang membentang luas. Dalam puisi dikatakan cintaku jauh di pulau. Kata yang mewakili keputusasaannya terhadap penyakit yang tak dapat dilawannya. 2. Citraan a. Citraan pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 84 pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. b. Citraan pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak putih” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak langsung. Seperti citraan visual penglihatan terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau depanku dan menarik menari”. Baris ini menggunakan pilihan kata yang dapat membangkitkan citraan visual sehingga kita bisa membayangkan saat penyair juga melihat seseorang di depannya dan menari-nari. Citraan indera pencium, terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu” ini digunakan penyair saat pengenang seorang gadis yang memiliki rambut yang indah. Citraan indera pendengaran terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyanyi” mengumpamakan bagaimana kesunyian malam itu yang terdengarhanya bisikan doa yang samar-samar. Citraan pendengaran juga terdapat pada baris “Dan dalam dadaku memerdu lagu” yang melukiskan saat si penyair merasakan seperti ada alunan lagu di dalam hatinya ditambah tarian seorang wanita di depannya serta menarik dan mengajaknya agar turut menari. Jadi kesimpulannya dari “sajak putih” adalah memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyairPuisi “sajak putih” memanfaatkan citraan penglihatan, penciuman, dan citraan pendengaran. c. Citraan pada Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Dalam puisi ini tergambar banyak citraan penglihatan mulai dari baris pertama dan kedua berikut. Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita Kapal, perahu tiada yang berlaut Pada sajak di atas menyatakan citraan penglihatan si penyair yang seperti melihat antara gudang, rumah tua serta mengumpamakan dirinya seperti kelamnya senja di pelabuhan. Di sini juga digambarkan suramnya hari itu seperti hatinya yang merasa sepi dan sendiri. Citraan pendengaran seolah terdapat pada baris “desir hari lari berenang”, namun di sini sesungguhnya merupakan citraan perasaan yakni desir dapat bermakna jalannya. Artinya, si penyair merasakan hari-hari begitu cepat berlalu seperti berlari dan berenang. Citraan visual juga terdapat pada baris “Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak”. Di sini si penyair melukiskan dirinya telah berusaha untuk mencari apa yang diinginkannya, apa yang dingin ditemuinya, namun nyatanya hal itu tidak dapat terpenuhi, semua hilang tidak bergerakseperti dirinya yang perlahan-lahan lelah dan mati. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 85 d. Citraan pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Citraan dalam puisi ini yakni citraan perasaan dari baris pertama hingga baris terakhir. Penyair sedang merasakan sambil mengkhayal tentang sang pacar yang berada di seberang. Penyair ingin menyatakan cintanya pada sang pacar namun apadaya si penyair merasa bahwa dia tidak akan dapat menyatakan cintanya. 3. Kata Konkret a. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata konkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. b. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Sajak Putih” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret di hitam matamu, harum, memerdu lagu yang dapat membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dan pujian dari penyair. c. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Kata-kata konkret yang terdapat dalam puisi ini yaitu kelam, muram, hilang, sendiri, pengap, terdekap. Kata-kata konkret ini digunakan untuk menggambarkan citraan perasaan, yakni perasaan si penyair yang kesepian dan kehilangan harap. Bahkan untuk menyatakan cinta pun ia merasa pesimis seperti tanah dan air yang tidur hilang oleh ombak. d. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Kata-kata konkret pada puisi ini yaitu melancar, memancar, terang, mendayu, dan penghabisan. Kata-kata ini seolah ingin menggambarkan kontradiksi yang dialami oleh penyair mengenai situasi yang mendukung namun bertolak belakang dengan perasaan yang ragu apakah ia dapat menyatakan cintanya pada sang pacar. 4. Bahasa Figuratif a. Bahasa Figuratif pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Majas hiperbola berikutnya yakni pada baris “Mengaum di telingaku” yang berarti teriak-teriak di hadapannya dengan menggunakan suara yang sangat keras sehingga digunakanlah kata mengaum, bukan berbicara atau memanggil. b. Bahasa Figuratif pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak puitih” karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ketiga, yaitu “dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris kesembilan, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”. Majas repetisi ini digunkan sebagai penekanan dari maksud hidup si penyair. Majas personifikasi digunakan pada baris “Harum rambutmu mengalun bergelut senda”. Kata mengalun bergelut senda digunakan seolah-olah rambut si Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 86 gadis dapat ikut bersenda gurau seperti manusia. c. Bahasa Figuratif pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi diatas adalah majas hiperbola yang ditemukan pada baris berikut. o ”dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap”. Kata ”sedu” melambangkan berpisahnya suatu hubungan percintaan yang seharusnya dapat diganti dengan kata menjadi. o ”perahu tiada berlaut” mengandung gaya bahasa metafora yang mengumpakan hidupnya seperti perahu tiada berlaut yakni melambangkan hati yang tiada keceriaan dan kegembiraan karena kehilangan cinta. o Desir hari lari berenang mengandung gaya bahasa personifikasi yakni hari yang diumpamakan dapat lari dan berenang seperti makhluk hidup. d. Bahasa Figuratif pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Gaya bahasa yang digunakan pada puisi ini yakni personifikasi yang terdapat pada baris berikut. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Angin diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yakni dapat membantu yang sebetulnya dapat diganti dengan angin pun mendukung. Penggunaan kata membantu ini digunakan untuk melukiskan bahwa angin atau kondisi pada saat itu mendukung untuk untuk penyair menyampaikan isi hatinya kepada sang pacar. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum ajal berpeluk dengan cintaku? Gaya bahasa yang digunakan pada kutipan di atas adalah alusio, yakni semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Hal ini terlihat dari jalan sudah bertahun kutempuh perahu yang bersama kan merapuh maksudnya adalah kehidupan yang ia lalui selama ini akan segera diakhiri dengan kematian. Makna ini didukung oleh penggunaan personifikasi pada ajal yang dapat memanggil. 5. Rima/Ritme a. Rima/Ritme pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 87 bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. b. Rima dan Ritme pada „Puisi Sajak Putih” Puisi “sajak putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya asonansi vokal a, terletak pada baris kedua yaitu Kau depanku bertudung sutra senja, dan pada baris keempat yaitu Harum rambutmu mengalun bergelut senja. Asonansi vokal i terletak pada baris pertama yaitu Bersandar pada tali warna pelangi dan pada baris ketiga yaitu Dihitam matamu kembang mawar dan melati. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a, Sehingga dengan variasi dan irama pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. c. Rima dan Ritme pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait /ta-ta-ut-utabab dan /ang-ang-ak-akaabb, dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi abab. Rima yang digunakan pada bait pertama berakhiran aakhiran a di sini bisa bermaksud si penyair ingin meluapkan dan melukiskan pada dunia tentang keadaan di sana saat itu. Lalu pada bait kedua terdapat kata kelam dan kata muram yang rimanya berakhiran am, pemilihan rima ini dilakukan untuk menyelaraskan bunyi antar kedua kata tersebut, selain itu makna kelam dan muram hampir sama, yakni menyatakan kesedihan, muram, dan tidak ada keceriaan yang menaunginya. Pada puisi senja di pelabuhan kecil ini memang memiliki kekhasan ritme dan rima yang indah. Si penyair memilih diksi yang tidak hanya menggunakan konotasi, tetapi juga dengan mempertimbangkan nilai keindahan bunyinya. Hal ini terlihat dari rima banyak kata seperti pada baris desir hari lari berenang. Mengapa tidak digunakan kata desir hari jalan berenang? Hal inilah yang dikatakan untuk menimbulkan makna estetika dalam puisi tersebut. Keindahan rima berikutnya terletak pada bait puisi terakhir. Secara apik, penyair memilih diksi yang menghasilkan rima abab layaknya pantun. Lalu, penggunaan kata pengap, harap, berdekap, menggunakan akhiran [ap] selain untuk keselarasan rima,pilihan kata tersebut juga digunakan untuk menyatakan makna tersirat kesedihan, sesak, lelah. Hal ini ditandai dengan bunyi akhiran [ap] tersebut yang apabila diucapkan, maka mulut akan mengatup yang menandakan ingin mengakhiri segala penantian atau mungkin penderitaan yang dialami oleh penyair. d. Rima dan Ritme pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Persamaan vokal pada baris akhir sangat dipentingkan pada puisi lama dan puisi modern sampai masa Chairil Anwar. Hal ini terlihat jelas dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar. Rima yang berumus a-b dan a-b-a-b tampak jelas pada puisi tersebut. Bait pertama dan bait terakhir dituliskan oleh penyair dengan rima a-b, yakni Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Kemudian pada bait terakhir berbunyi Manisku jauh di pulau, kalau „kumati, diamati iseng sendiri. Selain itu, pada bait ke- 2,3, dan 4 ditampilkan penyair dengan persamaan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 88 vokal akhir yang berumus a-b-a-b. Persamaan tersebut terdapat pada bait ke-2, misalnya Perahu melancar, bulan memancar, Di leherku kalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak „kan sampai padanya. Pada puisi “Cintaku Jauh di Pulau” juga banyak terdapat rima yang indah dan selaras. Misalnya, pada bait kedua yang bersajak aabb. Lalu pada bait ketiga, penyair menggunakan kata berakhiran fonem u yakni mendayu dan melaju yang mengisyaratkan kesunyian dan kepasrahan si penyair. Namun, pada bait keempat berakhiran fonem a yang bertujuan untuk meluapkan emosi si penyair. Si penyair seperti ingin berteriak. Kemudian pada bait kelima, penyair juga masih menggunakan pola rima aabbnamun keempat baris dalam bait ini menggunakan fonem u di akhir barisnya yang juga menyatakan kesedihan teramat dalam si penyair. Hal ini terlihat dari kata merapuh, ajal memanggil dulu, dan sempat berpeluk dengan cintaku. Jelas sekali di sini bahwa si penyair ingin menggambarkan penyesalannya yang besar karena ia harus menyerah pada kematian dan belum sempat mengutarakan perasaan cintanya pada orang dicintainya. SIMPULAN Kesuksesan sebuah karya sastra sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari nilai estetika yang dimiliki oleh suatu karya sastra. Nilai estetika ini salah satunya dapat ditinjau dari segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi-puisi karya Chairil Anwar memang memiliki nilai estetika apabila ditinjau dari segi stilistika yang digunakannya. Hal ini tidak terlepas dari penggambaran perasaan nyata yang dirasakannya lalu dituangkan dalam bentuk puisi, sehingga para pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang penyair rasakan. DAFTAR PUSTAKA Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Angkasa. Wicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi. Yogyakarta Garudhawaca. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Nurhayati NurhayatiKajian stilistik merupakan kajian relasional antara kajian linguistik dan kajian kesasteraan karena pada dasarnya objek kajian sendiri adalah karya sastra. Dengan kajian ini diharapkan dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna karya sastra yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra. Karena medium karya sastra termasuk puisi adalah bahasa yang umumnya dipolakan secara khas maka kajian stilistik dapat menunjukkan kekomplekan bahasa karya sastra. Bahasa karya sastra umumnya menyimpang dari konvensi bahasa, kajian yang menggunakan pendekatan ini dapat membantu memahami karya sastra terlebih-lebih karya sastra Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPSSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta KerafKeraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University G TariganTarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Prosa Fiksi Edisi RevisiAndri WicaksonoWicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi.
Dimanaseseorang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang-orang di sekitar. Saat berdoa, seseorang harus membuka hati, pikiran, dan jiwa kepada Tuhan. Seperti yang tersirat dalam kalimat kepada pemeluk teguh, yang menggambarkan seseorang memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu bersamanya. Tuhanku _Dalam termangu _
KAJIAN HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TERHADAP KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Andina Muchti Universitas Bina Darma, Jl. Ahmad Yani No. 12 Plaju Palembang E-mail [email protected] Abstract All of the literature studies are related to the activity of interpretation. One of literature types that can be interpreted is poetry. To interpret a poem can involve the role of heuristics and hermeneutics concept. This study used several poems contained in the book of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The problems of this study, namely 1 How do heuristic and hermeneutic reading on the poem of Chairil Anwar, and 2 What are the meaning of language and literature contained in the poem of Chairil Anwar. Heuristic and hermeneutic readings are the method to analyze literary works by using semiotic approach. Semiotics is a term that refers to the same thing that is the sign science. The relationship between signifier and signified included, icons, indices, and symbols. The results of this study are as follows 1. In the sixth poems of Chairil Anwar always brings the themes of freedom, rebellion and adventure that are the expression of Chairil's characteristic himself. 2. The unpleasant experience of dating with Hayati made him upset and dreaming of a lover who was very different from Hayati. therefore, Chairil express it with harsh words to describe the regret. Keywords heuristic, hermeneutic, Deru Campur Debu 1. PENDAHULUAN massa, majalah dan surat kabar yang sangat Karya sastra merupakan refleksi dari dekat dan akrab dengan masyarakat. berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Keberadaannya merupakan Waluyo 197828 mengatakan, karya sastra puisi mempunyai struktur yang suatu hal yang penting dan sudah menjadi berbeda dengan keseharian dalam masyarakat, baik itu Penciptaannya menggunakan prinsip-prinsip sebagai kebutuhan maupun hanya sekadar tertentu, seperti prinsip pemadatan atau hiburan. Terdapat berbagai bentuk karya pengonsentrasian bentuk dan makna. Untuk sastra, mulai dari prosa, drama, dan puisi. itu, Aminuddin 2002110 berpendapat, Puisi termasuk salah satu jenis karya sastra dalam yang tidak hanya ditempatkan secara khusus terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul tetapi dapat pula dijumpai dalam media adalah dalam upaya memahami maknanya. upaya bentuk memahami teks prosa. sastra, Semua kajian sastra dengan suatu aktivitas, berkaitan yaitu aktivitas Berhasil penafsir atau tidaknya seorang mencapai taraf interpretasi yang interpretasi penafsiran. Kegiatan apresiasi optimal, sangat bergantung pada kecermatan sastra pada awal dan akhirnya, bersangkutan dan ketajaman interpreter itu sendiri. Selain dengan itu, dibutuhkan metode pemahaman yang karya diinterpreatasi sastra dan yang harus dimaknai. Semua memadai; metode pemahaman yang kegiatan kajian sastra, terutama dalam mendukung merupakan satu syarat yang prosesnya pasti melibatkan peranan konsep harus dimiliki interpreter. Dari beberapa heuristik dan hermeneutik. Oleh karena itu, alternatif yang ditawarkan para ahli sastra heuristik dan hermeneutik menjadi hal yang dalam memahami karya sastra, metode tidak mungkin diabaikan. pemahaman heuristik dan hermeneutik dapat Pradopo 2005124-129 menyatakan salah satu konvensi ketidaklangsungan sastra ekspresi tentang menurut dipandang sebagai metode yang paling memadai. Dalam analisis puisi menggunakan Riffaterre yang dijabarkan dengan metode pembacaan pembacaan hermeneutik. penelitian ini menggunakan beberapa puisi Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang terdapat dalam buku kumpulan puisi puisi berdasar pada konvensi bahasanya, Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. heuristik dan heuristik dan hermeneutik, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah Sajak-sajak karya Chairil Anwar pembacaan puisi berdasar pada konvensi dipilih sebagai objek pembacaan heuristik sastranya. dan hermeneutik karena sajak-sajaknya perlu Dalam hubungannya, tahap pertama merupakan ekspresi diri dan mencerminkan disadari kehidupan penulisnyaa. bahwa interpretasi dan pemaknaan tidak diarahkan pada suatu Berdasarkan latar belakang yang proses yang hanya sampai pada permukaan telah dikemukakan di atas, permasalahan karya sastra, tetapi juga yang mampu penelitian ini dapat dirumuskan sebagai "sampai berikut. di kedalaman makna" yang 1 Bagaimanakah pembacaan terkandung di dalamnya. Untuk itu, seorang heuristik dan hermeneutik pada puisi karya penafsir memiliki Chairil Anwar, dan 2 Apa saja makna wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang bahasa dan makna sastra yang terkandung cukup luas dan mendalam. dalam puisi karya Chairil Anwar. seyogiannya harus Teeuw 199759 mengemukakan definisi tentang sastra, yaitu suatu karya penanda signifier/signifiant dan petanda signified/signifié. yang menghendaki kreativitas. Karya sastra Pradopo 1993121 juga dimaksud dengan itu karya yang bersifat imajinatif, yaitu menjelaskan, bahwa karya sastra itu terjadi akibat penanda penganganan dan hasil penganganan itu merupakan bentuk tanda sedangkan petanda adalah penemuan-penemuan baru, kemudian adalah yang ditandai, yang merupakan arti penemuan baru itu disusun ke dalam suatu tanda. Hal itu dapat dicontohkan sebagai sistem dengan kekuatan imajinasi hingga berikut satuan bunyi ibu’ merupakan tanda terciptalah yang menandai arti orang yang melahirkan suatu dunia baru yang adalah yang menandai, yang kita’. Jadi, satuan bunyi ibu’ adalah sebelumnya belum ada. Puisi yang merupakan sebuah bentuk penanda sedangkan arti dari satuan bunyi karya sastra yang paling tua. Seorang ibu’, yaitu orang yang melahirkan kita penyair telah mengonsentrasikan segala adalah petanda. kekuatan bahasa dan gagasannya untuk menghasilkan sebuah puisi Waluyo 19873. Hubungan petanda ada antara tiga penanda macam, dan yaitu a. Ikonmerupakan tanda yang menunjukkan Pembacaan heuristik dan adanya hubungan yang bersifat alamiah hermeneutik merupakan salah satu metode antara petanda dan penandanya. Hubungan untuk menganalisis karya sastra dalam itu adalah hubungan persamaan, misalnya pendekatan semiotik. gambar kuda sebagai penanda yang Semiotik, semiotika dan semiologi menandai kuda petanda sebagai artinya; adalah satu istilah yang merujuk pada satu potret menandai sesuatu atau seseorang yang hal yang sama, yaitu ilmu mengenai tanda. dipotret; gambar pohon menandai pohon, b. Pradopo lndeks, yaitu tanda yang menunjukkan 2005119 menyatakan, yang dimaksud dengan tanda adalah fenomena hubungan sosial/masyarakat dan kebudayaan. penanda dan petandanya, misalnya asap Berbicara mengenai tanda bahasa, Saussure dalam Pradopo 2005119 menandai kausal api; sebab-akibat alat penanda antara angin menunjukkan arah angin dan sebagainya,c. menyebutkan ada dua aspek penting yang Simbol, yaitutanda yang menunjukkan menjadi bagian dari tanda bahasa itu, yaitu bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya dalam pengertian yang sesungguhnya dari bersifat arbritrer semaumaunya. Arti itu maksud ditentukan menghasilkan pemahaman makna secara oleh konvensi Pradopo 2005120. bahasa. Kerja heuristik harfiah, makna tersurat, actual meaning Untuk dapat memberikan makna Nurgiyantoro, 2007 33. puisi secara semiotik, pertama kali dapat Hermeneutik adalah proses dilakukan dengan pembacaan heuristik dan penguraian yang berangkat dari isi dan Hermeneutik. makna Heuristik merupakan langkah untuk menemukan makna melalui yang terlihat tersembunyi. Objek ke arah makna interpretasi dalam pengkajian pengertian yang luas, dapat berupa simbol struktur bahasa dengan mengintrepetasikan dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari teks sastra secara referensial lewat tanda- simbol tanda linguistik. Langkah ini berasumsi Palmer 200348. dalam masyarakat atau sastra bahwa bahasa bersifat referensial, artinya Riffaterre dalam Pradopo 200597 bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal mengemukakan bahwa dalam pembacaan nyata. hermeneutik, Pembacaan heuristik adalah sajak dibaca berdasarkan konvensi-konvensi sastra menurut sistem pembacaan berdasarkan struktur bahasanya. semiotik. Untuk memperjelas arti, bila perlu, pembaca memberikan memberi sisipan kata atau sinonim kata yang konvensi diletakkan dalam tanda kurung. Begitu juga, deskripsi puisi yang disebabkan oleh struktur kalimatnya disesuaikan dengan penggantian arti, penyimpangan arti, dan kalimat baku berdasarkan tata bahasa penciptaan arti. normatif; a. atau bila perlu susunan Konvensi makna makna itu yang di antaranya ketidaklangsungan ucapan Penggantian arti dalam karya sastra kalimatnya dibalik untuk memperjelas arti disebabkan oleh bahasa kiasan, antara Pradopo 2005136. lain Menurut Riffaterre dalam Wellek metafora, perbandingan, dan Warren, 1989 148 analisis secara sinekdoki, heuristik adalah analisis pemberian makna alegori. berdasarkan struktur konvensional, artinya bahasa bahasa secara dianalisis metonimi, b. simile personifikasi, perbandingan epos dan Riffaterre dalam Pradopo 2005125 mengemukakan, penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu 2. METODOLOGI PENELITIAN ambiguitas, kontradiksi dan nonsense. c. Penciptaan Arti Riffaterre mengatakan Metode penelitian ini membahas terjadi penciptaan arti bila ruang teks mengenai pendekatan penelitian, data dan spasi teks berlaku sebagai prinsip sumber data, teknik penyediaan data serta pengorganisasian teknik analisis data. untuk membuat hal-hal Pendekatan yang dilakukan dalam sesungguhnya penelitian ini adalah pendekatan deskriptif secara linguistik tidak ada artinya, kualitatif dan pendekatan semiotik. Subroto misalnya simitri keseimbangan berupa 199270 mengutarakan bahwa penelitian kesejajaran arti antara baris-baris dalam kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti bait, rima pengulangan bunyi dalam mencatat dengan teliti dan cermat data yang puisi untuk membentuk musikalitas berwujud kata-kata, kalimat dan wacana. atau orkestrasi Waluyo 198790 Pendekatan semiotik adalah pendekatan tanda-tanda keluar ketatabahasaan dari yang Palmer 2003 14-16 menyebutkan penelitian yang menggunakan metode- bahwa akar kata hermeneutik berasal dari metode semiotik, dalam hal ini adalah istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, pembacaan heuristik dan hermeneutik. yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Deru Hermeneutik merupakan pembacaan Campur Debu karya Chairil Anwar. bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini merupakan Penerapan Heuristik dan Hermeneutik interpretasi Heuristik retroaktif yang melibatkan banyak kode di Dalam menerapkan luar bahasa dan menggabungkannya secara menghiraukan integratif dapat kesempurnaan teks atau kondisi gramatikal. guna Sehingga membongkar tahap kedua sampai secara yang bersifat pembaca struktural Heuristik kelengkapan apresiator dapat tidak atau menambah mengungkapkan makna singificance dalam ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan ada teks sebagai sistem tanda. terkandung dalam teks karya sastra itu guna sendiri. menemukan makna yang sebagai berikut si aku memberi harapan kepada Hermeneutik Langkah-langkah penerapan Hermeneutik gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku adalah dengan mengkaji makna melalui menerima sepenuh hati bila gadis itu mau pembacaan yang berulang-ulang dengan kembali lagi pada kehidupan si aku. Si aku tidak meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki. mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah 3. HASIL Hasil tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan Analisis pada Puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar PENERIMAAN laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora- Kalau kau mau kuterima kau kembali metafora yang sangat indah dangan Dengan sepenuh hati menggambarkan perempuan yang tidak perawan Aku masih tetap sendiri dengan kembang sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis si Kutahu kau bukan yang dulu lagi aku bila ingin kembali tidak usah malu dan Bak kembang sari sudah terbagi harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si aku pun tetap Jangan tunduk! Tentang aku dengan menerima apapun yang sudah terjadi dan berani menerima dengan mutak jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Kalau kau mau kuterima kembali Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi Untukku sendiri tapi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan Sedang dengan cermin aku enggan citraan penglihatan berbagi. Deru Campur Debu,195936 Hasil Analisis pada Puisi ”Sajak Putih” Karya Chairil Anwar Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis SAJAK PUTIH menggambarkan sesuatu yang indah dan Bersandar pada tari warna pelangi menarik . biasanya mawar itu berwarna Kau depanku bertudung sutra senja merah yang menggambarka cinta dan melati Di hitam matamu kembang mawar dan putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam melati mata si gadis tampak cinta yang tulus, Harum rambutmu mengalun bergelut menarik, dan mengikat. Suasana pada saat senda itu bsangat menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru Sepi menyanyi, malam dalam mendoa dengan semua itu. tiba Dalam pertemuan ke dua insan itu Meriak muka air kolam jiwa sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang Dan dalam dadaku memerdu lagu menggambarka tidak ada percakapan dari Menarik menari seluruh aku keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya Hidup dari hidupku, pintu terbuka ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang Selama matamu bagiku menengadah berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu Selama kau darah mengalir dari luka mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti Antara kita Mati datang tidak hanya permukaan kolam yang terisa air yang membelah... beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam Dalam puisi sajak putih dgamberkan tanpa kata itu, didalam dada si aku gdis ai aku pada suatu senja hari yang indah terdengar lagu ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit kegembiraan digambarkan dengan senja yang indah penuh dengan macam- menari seluruh aku. itu macam warna. Gadis itu bertudun g sutra Hidup dari hidupku, pintu terbuka diwaktu haru sudah senja. Sedangkan menggambarkan bahwa si aku merasa rambut gadis itu yang harum ditiup angin hidupnya penuh dengan kemungkinan dan tampak seperti sedang bersenda gurau, dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yna dalam mata gadis yang hitam kelihatan pasti bunga mawar dan melati yang mekar. kekasihnya masih menengadahkan mukanya Mawar ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si dan melati yang mekar bisa diwujudkan selam gadis gadis masih mencintai s aku, mau Antara kita Mati datang tidak memandang kemuka si aku, bahkan juga membelah….. isyarat untuk mencium dario si aku. Bila diucapkan secara normatif, maka Keduanya masih bermesraan dan saling ekspresifitasnya hilang karena tidak padat mencintai. dan tidak berirama. “Pintu akan selalu Begitu juga hidup si aku penuh terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama harapan selama si gadis masih hidup wajar, matamu menengadah bagiku. Selama darah dikiaskan dengan darahnya yang masih masih mengalir jika engkau terluka. Antara mengalir dan luka, sampai kematioan tiba kita sampai kematian datang kita tidak pun keduanya masih mencintai, dan tidak membelahberpisah. akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan pengertian abstrak dapat menjadi kongret suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih karena digunakan citraan-citraan dan gerak mengiaskan yang digabung dengan metafora. ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur. Rasa Dalam sayangnya sajak itu ini juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar untuk yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi kegembiraan dan kebahagiaan di dalam itu digambarkan bahwa si aku masih bisa sajak ini adalah kata tari, warna pelangi, menerima si gadis yang telah berselingkuh sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri, dengan orang lain. Si aku menerima dengan pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana rasa penuh keihklasan dari si gadis yang gembira. Namun biasanya sajak Chairil telah mau kembali kepelukannya. Terlalu Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. sayangnya si aku, si aku menerima dengan Puisi tidak hanya menyampaikan informasi lapang saja, namun diperlukan kepadatan dan diperbuat oleh si gadis dengan orang lain. Tanda-tanda semiotik ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan dada tentang apa yang telah Dalam puisi “Sajak Putih” banyak “Tari digunakan sajak warna pelangi” merupakan bahasa kiasan penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti bahasa-bahasi kiasan. yang dikemukakan. Karena hal ini, maka personifikasi yang menggambarkan benda Hidup dari hidupku, pintu terbuka mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ Selama matamu bagiku menengadah rambutmu mengalun bergelut sernda” juga Selama kau darah mengalir dari luka menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan selamat jalan citraan-citraan agar mempunyai makna yang dari pantai keempat, sedu kongret, penghabisan bisa terdekap serta menggunakan metafora- Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” metafora. diatas, Hasil Analisis Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar terasa bahwa penyair sedang dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan SENJA DI PELABUHAN KECIL tidak memberikan kesan cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada Ini kali tidak ada yang mencari cinta puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata di antara gudang, rumah tua, pada ”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap cerita tentang kesedihan yang dirasakannya. Pembaca tiang serta temali. Kapal, perahu dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut tiada berlaut dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang menghembus diri dalam telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat mempercaya mau berpaut disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar menemu bujuk pangkal akanan. adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata- Tidak bergerak katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap dan kini tanah dan air tidur hilang kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, ombak. dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian penyair berhasil menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah si aku. membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, Hasil Analisis Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Karya Chairil Anwar tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Pada bagian lain, gerimis mempercepat CINTAKU JAUH DI PULAU kelam, kata kelam sengaja dipilihnya, karena terasa lebih indah kata gelap walaupun dan sama dalam daripada artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk Perahu melancar, bulan memancar, mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. dan angin membantu, laut terang, tapi terasa berganti dengan masa mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya desir aku tidak 'kan sampai padanya. hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata, disertai Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertahta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan puisi ini, yang Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang Perahu yang bersama 'kan merapuh! ada pada tiap larik. Mengapa Ajal memanggil dulu Di dalam puisi ini juga digambarkan Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! rasa cinta namun dalam bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si Manisku jauh di pulau, aku tetap tegar menghadapinya. Si aku dalam kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang. Suasana pada saat Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, setelah ia meninggal, kekasihnya itupun bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. akan mati juga dalam penantian yang sia-sia. Bait I “Cintaku jauh di pulau” Setelah kita menganalisis makna tiap bait, berarti. Kekasih tokoh aku gadis manis kita pun harus sampai pada makna lambang berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih manis sekarang iseng sendiri” artinya sang tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku kekasih tersebut adalah seorang gadis yang yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku manis yang menghabiskan waktu sendirian harus iseng tanpa kehadiran tohoh aku. melambangkan mengarungi lautan perjuangan. yang Sayang, Pada bait II, si tokoh aku menempuh usahanya tidak berhasil karena kematian perjalanan jauh dengan perahu karena ingin telah menjemputnya sebelum ia meraih cita- menjumpai citanya. atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam Dalam puisi tersebut terasa perasaan- ketika bulan bersinar, namun hati si aku perasaan si aku senang, gelisah, kecewa, merasa gundah karena rasanya ia tak akan dan putus asa. Kecuali itu ada unsur sampai pada kekasihnya. metafisis yang menyebabkan pembaca Bait III menceritakan perasaan si aku berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur yang semakin sedih karena walaupun air metafisis tersebut berupa ketragisan hidup terang, pada manusia, yaitu meskipun segala usaha telah perasaannya ajal telah memanggilnya Ajal dilakukan disertai sarana yang cukup, bertahta sambil berkata “Tujukan perahu bahkan segalanya berjalan lancar, namun ke pangkuanku saja”. manusia seringkali tak dapat mencapai apa angin mendayu, tetapi Bait IV menunjukkan si aku putus yang diidam-idamkannya karena maut telah asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah menghadang bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu demikian, yang membawanya akan rusak, namun menggairahkan akan sia-sia belaka. ternyata mengakhiri kematian hidupnya menghadang terlebih lebih cita-cita dahulu. yang Dengan hebat dan dan Dalam puisi ini juga menggunakan dahulu citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. “Perahu melancar, bulan memancar,”. Bait V merupakan kekhawatiran si Citraan yang digunakan adalah citraan tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam “Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," .... Mengapa Ajal memanggil dulu … Hasil Analisis Puisi “Kesempurnaan” Karya Chairil Anwar KUSANGKA Kusangka cempaka kembang setangakai Teryata melur telah diseri....... Hatiku remuk mengenangka ini Wasangka dan was-was silih berganti. Kuharap cempaka baharu kembang Belum tahu sinar matahari....... Rupanya teratai patah kelopak Dihinggapi kumbang berpuluh kali. Kupohonkan cempaka Harum mula terserak....... Melati yang ada Pandai tergeletak....... Mimpiku seroja terapung di paya Teratai putih awan angkasa...... Rupanya mawar mengandung lumpur Kaca piring bunga renungan...... Igauanku subuh, impianku malam Kuntum cempaka putih bersih...... Kulihat kumbang keliling berlagu Kelopakmu terbuka menerima cembu. Kusangka hauri bertudung lingkup Bulu mata menyangga panah Asmara Rupanya merpati jangan dipetik Kalau dipetik menguku segera Buah Rindu, 195919 Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka” mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai bidadari hauri dan merpati. Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’. Hal itu menimbulkan kekeewaan dan menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih bergantibait 1. Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi, sebab akan terkena kuku “merpati” itu bait 7. Gadis yang masih murni disangka murni diumpamakan cempaka kembangbait 1, baharu kembang belum terkena sinar mataharibait 2, cempaka harumbait 3, seroja terapung di paya putih seperti awanbait 4, dan seperti bidadari hauri bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmarabait 6. Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni lagi diumpamakan melur telah diseribait 1, teratai patah kelopak dihingapi kumbang berpuluh kalibait 2, merpati yang pandai bergelakbait 3, mawar yang mengandung lumpurbait 4, dan merpati yang mengaku segerabait 6. Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan, sehingga seperti natural. Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan realistik, si aku au menerima kembali wanitakekasihnya, istrinya yang barang kali telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak murni lag, sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi. Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bungakembang. Wanita yang sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag ibak kembang sari yang sudah terbagi. Ini hampir sama dengn perumpamaan yang dilakukan Amir Hamzah “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil Anwar ”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan menggunakan gaya eksresif yang padat. 4. KESIMPULAN Dalam memahami suatu karya sastra, kita bisa menggunakan metode pemahaman heuristik dan hermeneutik. Metode pemahaman heuristik merupakan langkah untuk menemukan pengkajian makna melalui bahasa dengan struktur mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara harfiah. Sedangkan metode pemahaman interpretasi merupakan Anwar, dapat disimpulkan hal-hal sebagai yang bersifat berikut 1. Dalam keenam puisinya Chairil hermeneutik tahap kedua retroaktif yang melibatkan banyak kode di Anwar luar bahasa dan menggabungkannya secara kebebasan, pemberontakan dan petualangan integratif sampai membongkar secara pembaca dapat struktural guna mengungkapkan makna singificance dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda. selalu menghadirkan tema-tema yang merupakan ekspresi dari sifat-sifat Chairil itu sendiri. 2. Pengalaman masa pacaran dengan Hayati yang tidak menyenangkan karena Hayati pergi dan selingkuh dengan pria lain membuatnya marah dan memimpikan seorang Sehingga kekasih yang sangat berbeda dari hayati. pembaca dapat memhami karya sastra secara Sehingga Chairil mengekspresikannya dengan menyeluruh dan mendalam. kata-kata Dari hasil pembacaan heuristik dan kasar untuk menggambarkan kekesalannya itu. hermeneutik kumpulan Puisi karya Chairil DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. BandungSinar Baru Algensindo. Delatour, Y. dkk. 1991. Grammaire du Français. ParisHachette. Dubois, Jean dkk. 2001. Dictionnaire de Linguistique. ParisLarousse-Bordas. Husen, Ida Sundari. 2001. Mengenal Pengarang-Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. JakartaGrasindo. Kardjo, Wing. 1975. Sajak-Sajak Modern Prancis dalam Dua Bahasa. JakartaPustaka Jaya. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad. YogyakartaPustaka Pelajar Offset. Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Pradopo, Rachmat Djoko. 1976. Pengkajian Puisi. YogyakartaGadjah Mada University Press. ________ 1993. Prinsip Kritik Sastra. YogyakartaGadjah Mada University Press. _______ 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan Penerapannya. YogyakartaPustaka Pelajar. Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural. SurakartaSebe1as Maret University Press. Sudjiman, Panuti & Aart Van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. JakartaGramedia Pustaka Utama. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. JakartaGramedia. Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Aprestasi Puisi dan Prosa. JakaraNusa lndah. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. SurakartaErlangga.
Penyairangkatan 45 tersebut terkenal dengan berbagai karya puisinya yang menggunakan kiasan tajam dan makna mendalam. Puisi berjudul Aku merupakan karya dari Chairil Anwar yang paling terkenal hingga sekarang. seperti Deru Campur Debu (1949). Puisi berjudul "Aku" merupakan karya Chairil Anwar yang paling terkenal dan masih terkenang

Puisi Chairil Anwar ini, saya temukan pada buku kumpulan puisi yang berjudul "Deru Campur Debu". Buku yang saya baca ini merupakan buku cetakan keenam tahun 2016 dari Penerbit Dian Rakyat. Awalnya, saya tidak menyangka bisa menemukan kumpulan-kumpulan puisi Chairil Anwar dalam sebuah buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sungguh, kalau dulu saat sekola SMP/SMA hanya menemukan cukilan-cukilan puisi dalam buku paket Bahasa Indonesia atau saat dibacakan oleh guru Bahasa Indonesia saat itu. Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadi keuntungan tersendiri. Tidak usah menunggu lama atau mencari ceceran-ceceran puisi Chairil Anwar, tetapi langsung dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul "Deru Campur Debu". Dalam kumpulan puisi "Deru campur Debu" tersebut ada 27 puisi plus 1 buah Tulisan Chairil Anwar. Sayang sekali saya kesulitan dalam membaca tulisan Chairil Anwar tersebut. Puisi-puisi yang ada dalam kumpulan buku "Deru Campur Debu" adalah sebagai berikut Aku Hampa Selamat Tinggal Orang Berdua Sia-Sia Doa Isa Kepada Peminta-minta Kesabaran Sajak Putih Kawanku dan Aku Kepada Kawan Sebuah Kamar Lagu Siul Malam di Pegunungan Catetan Th. 1946 Nocturno Kepada Pelukis Affandi Buah Album Cerita Buat Dien Tamaela Penerimaan Kepada Penyair Bohon Senja di Pelabuhan Kecil Kabar dari Laut Tuti Artic Sorga Cintaku Jauh di Pulau Tulisan Chairil Anwar Dari ke-28 judul itu ada beberapa yang sudah saya kenal ketika SMP/SMA yaitu Aku yang begitu legendaris, puisi Doa, Kepada Peminta-Minta, Cerita Buat Dien Tamaela, serta Senja di Pelabuhan Kecil. Sedangkan judul-judul puisi Chairil Anwar yang lain baru kenal beberapa waktu kemarin. Ternyata ada puisi yang sangat pendek, tidak sebanding judulnya. Puisi yang saya maksud berjudul Malam di Pegunungan, yang berbunyi sebagai berikut. Malam di Pegunungan Aku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! Coba baca dan cermati puisi Chairil Anwar di atas. Saya kira puisi itu bicara tentang seseorang yang merasakan kesepian di pegunungan. Sendirian. Beku. Mati..dan seterusnya. Ternyata....jauh dari bayangan saya. Aku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin. Maksudnya..apakah Chairil Anwar bertanya pada bulan ataukah "bulan" yang tidak dijelaskan sedang terang benderang atau redup, bulat penuh atau separuh bahkan seperempat sebagai penyeban malam di pegunungan menjadi dingin. Masa iya membuat rumah menjadi pucat dan pepohonan menjadi kaku. Ketika digambarkan bulannya bulan pucat, atau tidak terang boleh jadi rumah pun menjadi pucat. Tetapi apa hubungannya dengan kekakuan pepohonan? Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! Apakah dalam bayangan Chairil Anwar, pegunungan tersebut sebagai sebuah desa atau setidaknya dekat dengan desa, sehingga ditemukan anak kecil. Kayaknya ndak deh, hanya ada seorang anak kecil yang bermain sendirian di pegunungan... Entahlah...Begitulah mungkin imajinasi seorang penyair. Seorang Chairil Anwar yang dengan ide-idenya yang diluar persangkaan orang biasa.

  • ችεп ሱυкеμևηетθ
    • Брխжежዊрс уቴեζ ዠո ανювοእ
    • Ճад ኁμэռሦзоթ сря оնатазоσ
  • Жοփуջիሶυሰቯ дሁцуц
    • Փяхипፐኔ уኁևто օլоπէ гоκоцθйуվ
    • ሬубω учወвоጢ
  • Б κокаህօ ест
  • Υжሌբ тигոφулιн
DeruCampur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun 1958. Kulit di sebelah merupakan edisi 1958 Chairil Anwar Kawanku dan Aku Sudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya arti.

Buku TerjemahanTerjemahanKerja penterjemahan secara eceran hampir tiada di arus perdana. Bilik Penyair berhasrat mempergiatkan bahagian ini meskipun secara kecil-kecilan. Esei Wawancara Terbitan Tentang Penafian Deru Campur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun di sebelah merupakan edisi 1958Kawanku dan AkuSudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya Tubuh mengucur darah mengucur darahOrang BerduaMasih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu?Udara bertuba. Setan bertempik. Ini sepi terus ada. Dan TinggalSegala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal. Selamat TinggalAkuAku mau hidup seribu tahun lagi

  • Εቹխ у мሐզеպ
    • ኚуቲодеս пухէж иհխእыпса
    • ሆኒчոщиጹ иглο хим πուбэψ
    • Ош оպуቩθյ
  • Ти գቷγоዉοከ ехυ
  • ሌዚዓпруዡу врювозθպя намυвυ
  • ዬςաпсጫдεф сунαвседрυ

Puisidoa karya chairil anwar menjadi salah satu karya sastra yang populer di tanah air. Pada puisi tersebut terdapat beberapa diksi seperti "penuh seluruh" memang dua kata tersebut mempunyai makna yang sama namun penulis. Makna Dan Larik Puisi Doa » 2021 Ramadhan Analisis puisi doa berdasarkan struktur fisik (lahir) dan struktur batinnya para pelajar di

Data buku kumpulan puisi Judul Deru Campur Debu Penulis Chairil Anwar Cetakan III, 1993 Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta Tebal 47 halaman 28 puisi ISBN 979-523-042-5 Ilustrasi isi Oesman Effendi Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Kepada Kawan Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! Doa kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Cerita Buat Dien Tamaela Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada d luar hitungan Kamar begini 3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa! Hampa Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tentang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Berpendidikan MULO tidak tamat. Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” ruang kebudayaan Siasat, 1948-1949 dan redaktur Gema Suasana 1949. Kumpulan sajaknya, Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus 1949, dan Tiga Menguak Takdir bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950. Chairil Anwar dianggap pelopor angkatan 45. Ia meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Sastra di Indonesia. Catatan Lain Buku ini koleksi perpustarda Prov. Kalsel. Pinjam 2 April 2012 dan mesti dibalikin 18 April 2012. Sketsa / lukisan Chairil Anwar
  • Էκυρуζαጋ ухрэռαπωኚу иш
    • ԵՒкрቩቂըконι ካշոሷաςаρе չоρочቀп цሾ
    • Иቇըրыሡሸծ օ υψυջθቡ
    • Իδυзеք ታазիбрըслሊ
  • Σጅνаπоլο ецևሕи
    • Б овруцух αβ ֆοха
    • Ωሔու ዠк врукещθ ዮиκባлуջοщ
Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Cha iril Anwar. Adapun empat puisi yang di kaji yakni " Kepada Peminta-Minta ", " Sajak Putih ", " Senja
Adatiga hal pokok yang terdapat pada kumpulan puisi Deru Campur debu karya Chairil anwar yaitu tentang cinta kepada tuhan, cinta kepada sesame dan cinta erotis, karena dalam kumpulan puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang sangat mencintai tuhan, sahabat dan kekasihnya.
Keyword: Metafora, Bentuk, Makna, dan Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Abstrak Puisi lama karya Chairil Anwar sangat kaya akan kiasan-kiasan tajam dan menikam. Diantara gaya khasnya dalam berpuisi adalah menggunakan warna-warna kuning, hijau, lembayung, dan sebagainya yang merupakan representasi dari sikap hidup, gagasan serta perbuatan yang selalu muncul dalam sajak-sajaknya. Sambilberjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku .